Hai, Jumpa lagi dengan kami, para calon kuli tinta yang norak dan melepas kejenuhannya dengan berjalan-jalan ke taman safari. Ini adalah kelanjutan kisah yang lalu, namun dalam kisah kali ini kita tidak akan banyak berbicara soal binatang, melainkan sang pawang.
carep koran tempe *enak dibacem dan perlu* minus anton yang lagi jepret |
Setelah puas menggoda binatang-binatang goblok seperti Bongo, Kuskus Tolol, dan Sanca Bodo. Akhirnya kami memutuskan untuk melihat atraksi binatang yang katanya pintar-pintar itu. Kami berniat untuk melihat si hitam hey dari laut jawa, yaitu lumba-lumba. Sayangnya atraksi lumba ini berada jauhhhhhhh di ujung taman safari..
Anton punya ide,"Bagaimana kalau kita naik kereta terbuka ini saja , kawan ?" ajak Anton yang tanpa babibu langsung naik ke kereta penumpang. Kami semua pun mengikuti langkahnya, girang tak terkira membayangkan naik kereta menuju lumba-lumba. Baru saja kami menempelkan pantat kami, tiba-tiba seorang pria muda berseragam abu tua menghampiri. "Mbak, Mas, dah pada beli karcisnya belom?" tanyanya.
Begitu mendengar pertanyaan tersebut, serta merta kami bertujuh turun dari kereta dan memilih untuk jalan kaki."Loh mbak, mas, tiketnya cuman 15 ribu kok, murah.." yakin si petugas. Oh, andaikan mas petugas itu tahu, demi bisa ke taman safari saja kami harus menabung gaji kami selama setahun! Cukup, tidakkah nabi kita juga berpesan agar kita berhemat, lagipula menurut buku yang kami baca, jalan kaki itu sehat! *lebayyyy*
waktu menunjukkan pukul 11.50, sementara pertunjukan akan berlangsung pada pukul 12.00. Kami pun susuri taman safari yang luasnya segede hutan itu, bukan taman! Jalanan menanjak, hujan dan angin menerpa kami, tapi kami tak pernah gentar, kami terus maju untuk menuju lumba-lumba! Tiba pukul 12.15, sebentar lagi pertunjukan usai, kami hanya melihat sang lumba lumba bermain bola, ah tidak ada yang istimewa. Lumba-lumba itu tidak bisa makan beling, tidak dipecut, atau buat pawangnya kesurupan...gak seru lah.
Kami langsung geser ke atraksi macan yang dimulai pukul 13.00, kali ini jalannya turunan..kalau tadi kami letih mendaki, sekarang kami cukup menggelinding saja biar cepat campai *capek dan sampai*. Lagi, kami terlambat..tidak dapat tempat..dan atraksi sudah dimulai. Saat atraksi dimulai itulah, mata kami, para kaum hawa langsung tertuju pada sang pawang..
Anton punya ide,"Bagaimana kalau kita naik kereta terbuka ini saja , kawan ?" ajak Anton yang tanpa babibu langsung naik ke kereta penumpang. Kami semua pun mengikuti langkahnya, girang tak terkira membayangkan naik kereta menuju lumba-lumba. Baru saja kami menempelkan pantat kami, tiba-tiba seorang pria muda berseragam abu tua menghampiri. "Mbak, Mas, dah pada beli karcisnya belom?" tanyanya.
Begitu mendengar pertanyaan tersebut, serta merta kami bertujuh turun dari kereta dan memilih untuk jalan kaki."Loh mbak, mas, tiketnya cuman 15 ribu kok, murah.." yakin si petugas. Oh, andaikan mas petugas itu tahu, demi bisa ke taman safari saja kami harus menabung gaji kami selama setahun! Cukup, tidakkah nabi kita juga berpesan agar kita berhemat, lagipula menurut buku yang kami baca, jalan kaki itu sehat! *lebayyyy*
waktu menunjukkan pukul 11.50, sementara pertunjukan akan berlangsung pada pukul 12.00. Kami pun susuri taman safari yang luasnya segede hutan itu, bukan taman! Jalanan menanjak, hujan dan angin menerpa kami, tapi kami tak pernah gentar, kami terus maju untuk menuju lumba-lumba! Tiba pukul 12.15, sebentar lagi pertunjukan usai, kami hanya melihat sang lumba lumba bermain bola, ah tidak ada yang istimewa. Lumba-lumba itu tidak bisa makan beling, tidak dipecut, atau buat pawangnya kesurupan...gak seru lah.
Kami langsung geser ke atraksi macan yang dimulai pukul 13.00, kali ini jalannya turunan..kalau tadi kami letih mendaki, sekarang kami cukup menggelinding saja biar cepat campai *capek dan sampai*. Lagi, kami terlambat..tidak dapat tempat..dan atraksi sudah dimulai. Saat atraksi dimulai itulah, mata kami, para kaum hawa langsung tertuju pada sang pawang..
hayo tebak pawang macan yang mana yang bikin kita jelalatan? |
Dia berlari bersama macan tanpa gentar dicakar, Dia menghardik sang macan, Dia memeluk macan dengan eratnya..Diaaaa, bahkan menggendong macan dengan tubuhnya itu. Tuhan, Russel Crowe sang Gladiator itu ternyata berada di Cisaruaa!! Wolverine yang macho itu ternyata ada di Bogor, terkurung bersama macan-macan! Aummmmmmmm...arwwwww
RUDY, pakai Y diakhirnya bukan I, begitu kata Dwika. Itulah nama sang pawang macan yang mencambuk dan mencakar-cakar hati kami, termasuk anton dan dwika ..haha. Sementara para macan Sumatra yang berhasil dia taklukkan itu bernama Bagus, Baruna, Bahari, Fais dan Diva *hapall boo gw*. Aksi gulat antara macan dan pawang seksi itu, bisa dikatakan cukup menggugah inti tubuh kami...huahahaahahaha. Setengah jam, rasanya tak cukup untuk memuaskan hormon kami yang tengah bergejolak kala itu.
mas rudy berlutu depan macan, kami bertekuk lutut atas kemachoannya |
Lepas atraksi, kami hampiri sang pawang. Dia tengah sibuk mengatur posisi anak kecil yang mau berfoto sama macan."Lihat ke Kamera, jangan bengong!" hardik Mas Rudy tegas, wahh benar-benar pelatih macan sejati, Cambuk saya mass!!!! Saya hanya bisa terpana, ditemani oleh Dwika, sementara Uci, Ocha, Eva, Anton, dan Febro berada di bawah, pura-pura tidak mengenal saya yang sedang mencoba berfoto bersama bukan Macan!
Si Mbak pawang bertanya,"Mbak,mau poto sama macan, sepuluh ribu doang kok," rayunya. Sory mbak, kami anti sesuatu yang bayar dan bisa membahayakan kemolekan tubuh kami, daripada sama macan."Gak mau, saya maunya poto ama pawang macannya aja," tukas saya tanpa tedeng aling-aling dengan telunjuk mengarah ke Mas Rudy...hohoho. Tanpa disangka, gayung pun bersambut, permintaan saya dikabulkan. Berfoto dengan sang pawang Macan, Mas Rudy...hahaa. Tak lama, kawan2 yang tadinya tidak saya kenal itu pun, kembali ke atas dan ready to pose."Gak mau ahh, maluuu," ujar mereka, tapi berebut posisi di samping Mas Rudy. Najissss dahhh..!!
Si Mbak pawang bertanya,"Mbak,mau poto sama macan, sepuluh ribu doang kok," rayunya. Sory mbak, kami anti sesuatu yang bayar dan bisa membahayakan kemolekan tubuh kami, daripada sama macan."Gak mau, saya maunya poto ama pawang macannya aja," tukas saya tanpa tedeng aling-aling dengan telunjuk mengarah ke Mas Rudy...hohoho. Tanpa disangka, gayung pun bersambut, permintaan saya dikabulkan. Berfoto dengan sang pawang Macan, Mas Rudy...hahaa. Tak lama, kawan2 yang tadinya tidak saya kenal itu pun, kembali ke atas dan ready to pose."Gak mau ahh, maluuu," ujar mereka, tapi berebut posisi di samping Mas Rudy. Najissss dahhh..!!
daku mencoba merayu mas rudy poto bareng, tapi gambar ciamik yg diambil anton ini seakan kebalikannya |
Sebenernya ada satu pawang lagi yang sempat menarik perhatian, Mas Yosep kalo tidak salah namanya. Tapi, aihhhhh cyinnn akika tinta sukaaa sama lekong begitu, masih bau kencurr. *minta digigit macan!* Usai berfoto, kami pun berjalan-jalan kembali dengan satu tujuan, kembali nonton Mas Rudy plus Macan jam 4 sore nanti, hahahha.
Jam 4 tiba, Kami langsung ambil posisi untuk mencuri hati sang pawang *aihhh mateee loh*. Jeng..jeng atraksi di mulai, dan kami langsung meneriakkan nama "Mas Rudyyyyyyyyyyyyyyyyyy...gyaaaaaaaaaaa"..dan membuat dwika semakin tenggelam dalam topinya. Anton menghilang dalam jaketnya. Saat si pembawa acara atraksi bertanya, siapa yang kami inginkan untuk menggendong sang macan, sontak kami kembali teriakan nama pawang sexy itu kembali."Mas Rudyyyyy," "Siapaaaa?" "Mas Rudyyyyyy!!!!!" bahana kami mengalahkan ratusan pengunjung wanita lainnya, yang semula meneriakkan nama Mas Yosep akhirnya mengalah dan turut mendukung teriakan kami "Mas Rudyyyyy!!!!"
akhirnya, kami berhasil berfoto dengan sang pawang idola...arwwww :D |
Sebenernya, Mas Rudy ini sudah kasih tanda tak kuat gendong macan. Namun, dengan dukungan dan kekuatan cinta dari kami semua, Mas Rudy akhirnya berhasil menunjukkan keperkasaannya dalam menggendong macan!! aihh macan aja digendong, gimana kitaaa...hahaha. Setelah menggendong, Mas Rudy bercanda dengan ditomprok sang Macan, Ocha tanpa disangka pun langsung teriak.."Ahhh Mas Rudyyy mau dong becanda kayak gituuuu!" teriaknya, Ocha mulai berkhayal dirinya adalah Macan, bukan Macan Sumatra, tapi Macan Kebayoran berhubung rumahnya disono. Untung saja di Kebayoran, coba kalo di Kemayoran tinggalnya, saya gak bisa ngebayangin lambang persija diganti sama potonya si Rosalina itu, Macan Kemayoran keganjenan...aummmm cyiiinnnn!
Pada intinya, Mas Rudy ini berhasil membuat kami para wanita yang setengah waras mngharapkan untuk menjalin kisah dengannya dalam satu kandang. Cinta satu kandang, oh indahnyaaaa... Cinta Satu Kandang, buatku bahagiaaa... Cinta satu kandang, oh mesraaanyaaa... *nyanyikan dengan nada lagu cinta satu malam*
xoxo
ps : kisah ini adalah nyata dengan bungkusan fiksi, hingga sulit dibedakan mana kenyataan dan mana khayalan
4 komentar:
Salam kenal.. sy nyasar ke sini krn googling soal mas rudy yg ganteng, tiger keepernya taman safari xD kami jadi ngefans jugak sejak liat aksinya kemaren.. hahaha..
Mba....salam kenal...sy jg googling mreka ga nemu. Kec mba Tati. Rudy yosep farid..hmmm ga ada. Sy ksana kmren bela2in nnton (lagi dan lagi) pertunjukan itu krn mreka :)..ngebujuk anak2 yg mo liat pertunjukan lain. Untung berhasil...
Buat mba Gustidha dan mba Ikkadhani. Bikin fans club malu kali yaaaa ) :D hihihi
wah... :)
Posting Komentar