Warning : spoiler abis, kalo belom nonton disarankan jangan baca. Tapi kalo tetep penasaran, gue udah ingetin loh ya….
Kicauan, review, serta komentar orang-orang di sosial media soal film garapan Christopher Nolan dalam beberapa hari ini ternyata ampuh membuat kami penasaran.
Tanpa rencana apapun dan dalam kondisi lazimnya para karyawan di tengah bulan (baca : bokek) , gue dan Rangga berhasil membujuk Ayu untuk menggesek kartu kreditnya dan nonton bareng film Hollywood yang bertema masa depan ini.
Demi menonton film yang kata orang-orang ; luar biasa, dahsyat, mengagumkan, mengharu biru, penuh pesan tersirat, dan segala pujian lainnya itu…kami bertiga sampai lari-lari dari Grand Indonesia ke Plaza Indonesia sekitar jam 19.07 demi mengejar jam tayang sesi 19.15 waktu setempat. Drama abis.
Yah kan namanya mendadak, terus kami gak mau nonton terlalu larut. Gak baik perawan pulang malam-malam kata orang tua (sok iye). Kecuali Rangga ya, soalnya dia bukan perawan. Dia perjaka.
Sampai sana, ternyata jam 19.15 sudah habis tiket. Tayang lagi jam 20.15, akhirnya kami sepakat nonton jam segitu dan menyesal…..ngapain tadi mesti lari-larian dari GI segala kalo nontonnya masih lama. Namanya juga geng gak jelas.
pic cr to hollywoodreporter.com |
Film diputar selama kurang lebih 3 jam, gak kalah ama film India. Bedanya, kalau dalam Film India banyak adegan sedih berlatar belakang hujan air, di Interstellar latar belakangnya hujan debu. Anti mainstream abis. Sayang lagu “Suci Dalam Debu” gak kepilih buat jadi sontrek nih film.
Usai film diputar, kami lelah. Sepanjang film bermain, kami pusing. Tenang, itu bukan karena salah filmnya. Kesalahan lebih kepada kapasitas otak kami yang gak bisa diajak mikir di luar jam kerja dan kondisi hati yang hobi nyama-nyamain setiap adegan dengan nasib diri sendiri.
Alhasil, sejak film mulai tayang sampai akhir, kami gak berhenti ngoceh, ngikik, dan komentar sana-sini. Gagal sedih dan terharu seperti yang orang-orang rasakan. Makanya, banyak yang gak kuat nonton bareng sama kami. Takut gagal paham atas pesan yang coba disampaikan film sesungguhnya (dan khawatir yang terngiang-ngiang justru komentar gak jelas dari bibir kami).
Nah, begini kira-kira interpretasi, komentar, dan reaksi kami terhadap film Interstellar :
1. Sepanjang film bermain, kami tahu di masa depan yang namanya mobil begitu – begitu aja. Rodanya empat, mereknya begitu-begitu juga, jenisnya juga sama. Tapi Rangga menyadari ada yang ganjil. “Dari tadi gue lihat gak ada SPBU ato SPBG di film, itu mobil bahan bakarnya apa coba ?” keluhnya.
Dasar Rangga otak lokal. Sementara dia sibuk mikirin keberadaan SPBU/SPBG, gue udah jauh berpikirnya. Gue lagi sibuk berpikir kalau bumi gak turun-turun hujan di masa depan, Industry Bollywood pasti udah gulung tikar. Kasihan. Kalaupun dipaksain, ya masa iya tiap adegan sedih kita mesti ngelihat si aktor atau aktrisnya tayamum di hujan debu.
Ayu pun coba menenangkan dengan mengatakan, “Mungkin di masa depan ceritanya sumber energi dari matahari semua.”
Tapi Rangga tidak mudah ditipu, “Kalau tenaga surya, mestinya ada panel dong. Ini ga ada,” protesnya.
Sebagai orang paling bijak dan rasional di geng ini, gue akhirnya harus turun tangan untuk menengahi. “Mungkin di masa depan yang jadi sumber energi itu doa. Dengan kekuatan doa, segala sesuatu pasti bisa dijalani. Termasuk menjalankan mobil.” Semua pun sepakat….dalam diam.
2. Pernah nonton Gravity ? Katanya beberapa orang bisa pusing kalo nonton film itu karena pengambilan gambar yang muter-muter. Nah, Interstellar ini mirip kaya Gravity (meskipun gue belom nonton Gravity juga). Karena banyak adegan di dalam pesawat luar angkasa, yang kata Rangga gak ketahuan mana kiri-kanan-atas-bawah-nya…jadi nontonnya lumayan pusing. Bahkan, ini lebih dahysat…karena beberapa kali pesawatnya mengalami turbulence atau benturan-benturan yang bikin kita tegang. Lagi asik-asiknya nonton pesawat yang bergetar dahsyat jelang mendarat di planet asing dengan kecepatan lebih dari kilat, tau-tau si Rangga nyolek.
“Mabs, untung kita kaga nonton ini di 4D. Bahaya, yakin gue butuh minum antimo pas nonton nih pilem,” katanya. Gue sepakat, nonton yang biasa aja gue udah pusing apalagi 4D.
Gak lama, adegan pesawat muter-muter gak jelas pun ada lagi dan lebih dahsyat turbulence. Terus, si Rangga nyolek lagi.
“Mabs, sereman mane kira-kira naik pesawat interstellar ini ape pesawat Bu Susi ?” tanya Rangga penasaran. Dengan lantang gue menjawab , “Naek pesawat Bu Susi aje gue udah gemeter…apalagi naik ini pesawat. Jadi bersyukur gue, ternyata ada yang lebih berat hidupnya mesti naek pesawat yang lebih horror ketimbang punya Bu Susi.”
Sebenernya, pas Rangga nanya mana kanan-kiri-utara-selatan-atas-bawah kalo di dalam pesawat luar angkasa itu. Gue juga penasaran…kalo jadi astronot begitu terus kalo mao solat begimana ? Kiblatnya ngadep mana ? (pertanyaan anak soleh).
3. Interstellar ini bertema soal pencarian planet lain yang bisa dihuni selain di Bumi , soalnya Bumi udah tua banget dan gak layak ditempati lagi. Pencariannya luar biasa, gak sekedar mencari planet lain yang ada di galaksi Bima Sakti. Mereka juga mencari sampai di luar galaksi lain dengan memanfaatkan wormhole atau lubang cacing tiga dimensi yang bisa digunakan untuk menyebrang ke galaksi lain. Tapi semua ada resikonya, diantaranya waktu yang sangat relatif, misal kalau lewat di gargantuan..satu jam di sana setara dengan 7 tahun bahkan 10 tahun di Bumi. Jadi , setiap menit itu berharga. Waktu mereka melintasi wormhole…..mereka bertaruh segalanya, tanpa tahu ke galaksi mana akan mengarah dan sejauh apa.
“Terus pas keluar dari Galaksi Bima Sakti, mereka ke mana ?” tanya gue.
“Ke Taman Galaksi, Mbak. Di Bekasi,” kata Ayu….sembarangan.
Tapi kemungkinan itu selalu ada. Terus gue kepikiran sama Reuni AADC baru-baru ini, jangan-jangan si Rangga gak ketemu Cinta selama 12 taon karena doi terjebak di relativitas waktu kaya astronot-astronot Interstellar ini (lalu masuk lagu galau Melly Goeslaw).
4. Di Interstellar, para astronot bertarung dengan waktu. Setiap planet dan galaksi yang mereka jelajahi memiliki rentang waktu jauh berbeda dengan bumi. Ada planet yang sehari itu terdiri dari 67 jam siang dan 67 jam malam (Untung gak kepilih tuh planet, kasian juga mikirin generasi masa depan mesti sekolah 67 jam sehari). Ada planet yang kalo menuju ke sana, per jam-nya itu setara dengan 7 tahun di Bumi. Sampai-sampai waktu mereka ke sana dan terhalang karena ada masalah mesin buat balik lagi ke pesawat induk yang ada di luar planet….pas mereka sampe di pesawat induknya, temennya udah jadi aki-aki karena nunggu mereka selama 23 tahun lebih!!! Kamfret! Semua masalah relativitas waktu ini bikin pusing. Sampe-sampe gue khawatir keluar dari bioskop udah ubanan dan keriput. “He eh, dengkul gue aja udah lemes nih, Gus. Butuh tongkat kayaknya entar pas keluar,” Rangga nambahin.
Interstellar bener-bener ngajarin kita untuk menghargai waktu, begitu selesai nonton, si Rangga aja pipisnya sampe buru-buru. Cuma tiga menit dia udah keluar lagi dari kamar mandi. “Gue khawatir kalo kelamaan di kamar mandi, pas keluar lo pada udah pada gendong anak.”
5. Meski rasanya sebentar, para astronot itu menjelajahi angkasa dalam waktu puluhan tahun menurut hitungan bumi. Salah satu captainnya, si Cooper punya anak gadis dan laki-laki yang ditinggal di Bumi tanpa kepastian. Setelah beberapa planet di jelajahi, tersisa dua planet lain yang bisa dikunjungi. Satu planet Dr Mann dan satu lagi planet gebetannya si Brand ilmuwan cantik (diperankan Anne Hathaway). Brand bersusah payah secara ilmiah membujuk kawan-kawannya ke planet gebetannya…tapi data yang dikirim Dr Mann lebih sahih sehingga Brand kalah voting dan harus mengalah. Di situ gue baru paham, kampret ini si Brand….sok-sokan jadi relawan dan menyelamatkan umat manusia di Bumi dengan mengorbankan diri ke luar angkasa…taunya niat sebenarnya cuma mao reunian ama gebetan. Mahal amat ongkos cintanya, Neng! Bikin penonton pusing sedari tadi, taunya alasannya cuma masalah hati. Galau lintas galaksi. Pret!
6. Eh, gak tahunya planet Dr Mann itu gak layak huni juga. Terpaksa Cooper ke planet gebetannya si Brand (Seneng dah tuh cewek, bisa ketemu gebetan juga akhirnya!). Tapi ada masalah, untuk sampai sana bebannya harus berkurang…akhirnya Cooper merelakan diri dan melepas Brand untuk berangkat sendiri menjumpai gebetannya. Kampret kan ???? Udah nonton 2,5 jam lebih…taunya ini cuma cerita nganterin orang ketemu gebetannya yang ada di galaksi laen. Lelah hati nontonnya.
7. Cooper terpelanting, terjebak di dunia 3 dimensi dan kembali ke ruang masa lalu sebelum ia dipilih oleh Nasa melanglang buana gak jelas di luar angkasa. Titik terjebaknya di kamar putrinya. Entahlah gimana caranya pokoknya itu ruang 3 dimensi yang terhalang oleh waktu. Untuk menyelamatkan diri , putri, dan Planet Bumi…Cooper harus berkomunikasi dengan putrinya melalui kode-kode sehingga akhirnya bisa tercipta ruang lima dimensi yang memungkinkan Cooper untuk bertemu kembali dengan putrinya di ruang yang nyata secara fisik. (Apa sih yang barusan gue tulis ?? Gak paham!!). Intinya mah perjalanan para astronot itu kompleks…tiga dimensi, lima dimensi, dan lain-lain. Segala rumusan yang diperhitungkan NASA sebelumnya jadi tidak berguna, karena kuncinya hanya satu untuk kembali ke Bumi dan menyelamatkan umat manusia : CINTA …. * lalu timpuk layar bioskop pake bakwan jagung!!!!! Percuma nonton film ilmiah capek-capek kalo ujungnya CINTA! Mending nonton FTV ajah!!! *
Udah gitu aja sih. Yang jelas….sepanjang 3 jam puter ini di film yang gue tangkap pesannya cuma satu : waktu itu relatif, galau itu pasti.
Sekian.
2 komentar:
sampe poin 5 gue tertarik mau nonton ke bioskop, setelahnya gue urungkan niat gue itu
hahahah...asli geli gw baca postingan ente...
masa definisi cinta di pilem ini disamakan kayak ftv??...
Posting Komentar