Foto lokasi Istana Panda, Taman Safari- Bogor |
Cuy, ini tulisan gue ke-4 tentang Taman Safari di blog ini
dan ini menunjukkan betapa seringnya gue ke sini. LoL.
Okay, alasan gue ke Taman Safari kali ini adalah karena emak
dan bapak gue pengen ngelihat panda. Padahal gue dah coba melobi mereka,
ngapain coba jauh jauh ke Taman Safari? lihat panda di youtube aja …ato liat
gue, udah mirip beut gini ama panda. Buletnya.
Tetapi emak gue pantang menyerah, dan berhubung agak panjang
liburan kali ini ya udah gue penuhi aja permintaannya daripada gue dikutuk jadi
batu. Batu berdahak apalagi..gak enat beut soalnya (ITU BATUK, GUS!)
Sebenarnya ke Taman Safari gak bosanin amat, apalagi gue
juga pengen lihat pawang-pawang macan nan kekar ituh.
Iya, pawang yang ini. Namanya Mas Fajar, tapi sayang gak kesampean..hiks |
Berhubung libur panjang dan antisipasi macet, kami
sekeluarga jalan dari jam setengah 7 pagi dengan perkiraan sampai sana jam 9.
Soalnya, gue berangkat dari rumah gue yang berada di Cibinong dimana kalau jam normal
cuma butuh 45 menit untuk sampai kawasan Puncak, Bogor.
Tetapi kami salah hitung saudara-saudara. Macetnya minta
ampun, meski kami udah berada di Puncak dari jam 10, kami baru berhasil masuk
Taman Safari jam 11 karena saking antrinya.
Untuk masuk Taman Safari harga tiketnya yang biasa seharga
Rp 180.000, sementara kalau mau ditambah Panda jadi Rp 230.000 per orang.
Pricey, yes!
Untuk turis asing bisa Rp 300 ribu, gak tahu deh kalo
makhluk asing.
Setelah membayar untuk rombongan sebanyak 7 orang, sejam
kemudian kami baru tahu Pak Jokowi juga main ke Taman Safari, dan puluhan mobil
yang ada di depan serta belakang rombongan beliau jadi digratisin masuk Taman
Safari (ASEM!)
Keliling-keliling lihat satwa dari mobil, kami akhirnya
sampai dalam Taman Safari sekitar jam 12.30. Supaya tetap strong, kami putuskan
makan siang dulu dilanjut solat lalu ke tempat panda, karena untuk lihat panda ini
lokasinya berbeda.
Selesai solat, makan, dan lihat gajah-gajah eek akhirnya
kami berjalan untuk lihat panda. Serius, informasi untuk melihat panda ini
simpang siur abis. Kami sekeluarga parkir di Parkir A yang paling bawah,
sementara untuk lihat panda kita harus ke lokasi Parkir D yang paling atas
banget (dekat atraksi Cowboy dan lumba-lumba).
Sebenarnya, untuk ke Parkir D kita bisa pakai kereta kecil
yang available di A tapi bayar tiket dulu sebesar Rp 25 ribu (pemerasan!). Yah
gue pikir ngapain keluar duit lagi kan, mending jalan.
Ini karena gue yang rada budek sih, gue dengernya untuk
menuju konservasi panda bisa naik bis di parkir B. Gue udah di halte B, taunya
di D, jadilah gue dan keluarga harus menanjak nanjak lagi. Alhasil…..gempor
abis nyah!
Seinget gue berkali-kali ke Taman Safari baru kali ini
kayaknya capek banget, maklum faktor umur, berat badan, dan beban tiket yang
semakin mahal.
Ngos-ngosan hampir selama 30-40 menit akhirnya kami sampai
ke Parkir D. Dari sana kami disediakan bus gratis untuk ke tempat konservasi
dengan antrian per baris 6 orang. Gue akuin ini rapih banget. Meskipun saat itu
Taman Safari rame banget, pengelola tetap memastikan untuk kunjungan ke panda
tidak terlalu padat supaya hewan tidak stress.
Meskipun jadinya pengunjung yang stress, udahlah tiket makin
mahal, bermacet- macet ria, jauh, ngos-ngosan, antri, huahaha.
Lokasi panda ini emang dibedakan, mereka ditaruh di tempat
tertinggi di Taman Safari dengan suhu khusus jadi gak sampai di atas 25
derajat.
Perjalanan dari Parkir D ke lokasi konservasi memakan waktu
sekitar 7-10 menit dengan jalan berliku dan menanjak. Entah karena kebetulan
gue dapat satu bus yang norak semua isinya atau gimana, tiap ada tanjakan dan
tikungan satu bus teriak semua. “Wuooooo” …”Eyyyy”…”Eyaaaa” kayak nonton final
badminton.
Sepanjang jalan kita akan lihat banyak pohon bambu dan udara
pun mulai berasa dingin. Begitu sampai, seluruh penumpang bus girang dan tepuk
tangan. Norak emang, haha.
Sampai sana kita akan disambut oleh sepasang patung panda Hu
Chun dan Chai Tao , serta monumen Teh Botol Sosro. Jangan tanya gue kenapa ada teh
botol segala.
Pertama menginjakkan kaki di taman panda ini, gue akuin gue
takjub banget. Pemandangan di puncaknya serta penataan lokasinya bikin gak
berasa kaya ada di Cisarua.
Udah kayak di luar negeri kan penampakannya? |
Kami disambut gerbang dengan nuansa khas negeri tirai bambu,
istananya pun mengingatkan gue akan lokasi kuil Kungfu Panda. Lucu banget deh.
Saat masuk, kita akan disambut sama restoran dengan nuansa khas mandarin, lalu
si embak-embak akan dengan ramahnya memberi tahu kita.
“Selamat datang, silakan berkunjung ke restoran kami. Untuk
melihat panda bisa langsung ke lantai 3.”
Meski kami iba sama embaknya, karena makanan di sana mahal,
kami putuskan langsung ke lantai 3. Di setiap lantainya ada semacam sketsa-sketsa
khusus, mulai dari panda bawa truk, panda di rumah sakit, atau skala ukuran
panda dengan hewan sejenis; beruang madu, beruang, beruang kutub, gue.
Di lantai 3, kita diajak oleh petugasnya untuk bergantian
menonton film tentang Hu Chun dan Chai Tao tentunya tidak dalam bentuk 3gp
(meski kedua panda itu tak berbusana). Untuk menontonnya ini kita harus
bergantian masuk jadi sambil menunggu jatah nonton kita bisa foto-foto di
sketsa-sketsa yang disediakan.