Gue tahu
kalian semua belum move on dari demam Dilan, tapi izinkanlah gue meripyu film
12 Strong yang sedang tayang di bioskop juga.
Sebenarnya,
gue menonton film ini pekan lalu, tapi baru sempat mengulasnya sekarang karena
biasa…sibuk bekerja mengejar harta dunia~~
Alasan
utama gue menonton film ini sangat jelas, sebagai Chrisology alias penggemar
Trio Chris (Chris Pratt, Chris Evans, dan Chris Hemsworth) adalah wajib
hukumnya buat gue untuk menonton.
Alhasil gue
memantapkan diri dan langkah ini ke bioskop untuk menonton Mas pujaan hati (dan
body).
Film 12
Strong diangkat dari kisah nyata , tentang kisah sekelompok tentara yang
tergabung dalam Satuan Tugas Gugus Belati dan dikirim dengan misi khusus ke
Afghanistan tak lama setelah serangan 11 September 2001.
Satgas ini
dipimpin oleh Kapten Mitch Nelson (dibintangi Hemsworth). Mitch memiliki tugas
berat, Ia di sana tidak hanya memimpin perang tetapi sekaligus diplomasi. Mitch
harus mendekati salah satu petinggi Afghanistan, Jenderal Dostum, dan
beraliansi dengan mereka untuk melemahkan Taliban.
Masalahnya,
perang di Afghanistan itu berat. Pertama
dari sisi cuaca, bahkan tentara Rusia pun tak sanggup menerjang dinginnya suhu
di sana.
Kedua masalah topografi, lahannya yang berbukit-bukit, padang pasir,
dan bercelah hampir mustahil ditempuh dengan kendaraan. Selain jalan kaki,
satu-satunya sarana yang praktis untuk bertransportasi adalah naik kuda.
Belum lagi
masalah politik para jenderal di sana, meski sama-sama ingin memberantas Taliban,
tapi para jenderal ini juga punya ambisi masing-masing untuk kuasai
Afghanistan, tipikal.
Sewaktu
menonton film ini, gue baru tahu..”Oh yang namanya perang kekinian gini toh.”
Soalnya ini beda banget kalo kita nonton perang ala Rambo atau film jadul yang heroik
abis itu. Ini mah tentaranya maju ke medan perang, terus mastiin koordinat,
lapor ke komando, jeng….bom dijatuhkan. Gitu terus.
Tembak-tembakan
ada kalo ; bom habis atau tiba-tiba lawan menyerang pakai tank.
Film ini
mungkin agak sensitif buat kalian yang punya jiwa jihad tinggi, karena ini
memotret islam dari sisi bagaimana Taliban berkelakuan. Dan biasalah, pengkultusan
Amerika besar-besaran, bahwa Amerika adalah penolong dan penyelamat di sana.
Huehuehuehuehue
untungnya jiwa dan raga gue sangat retjeh. Biarlah mereview film secara serius
dan berat tetap menjadi jatahnya para kolumnis media beneran, dan izinkanlah
gue mereview film ini dari sisi tereceh yang pernah ada. Huehuehue.
Seperti gue
bilang sedari awal, sungguh niat gue menonton film ini hanya satu…karena ingin
melihat Mas Chris.
Melihat Mas
Chris jadi tentara itu ya, SUBHANALLOH…. Jadi berasa gak ada apa-apanya KAPTEN YOO SI JIN!!
BEGINI SEMESTINYA TENTARA...LIAR, KASAR! |
Ini pun diamini
oleh temen gue, “Nah, tentara kayak begini. Jangan kayak Song Joong Ki di DOtS.
Pa apaan tentara licin gitu gak ada lecet-lecetnya.”
Kayak gini
maksudnya… mari dibandingkan.
Kiri: Tentara Perang Afghanistan, Kanan: Tentara Perang Batin |
Atas: Tentara Perang, Bawah: Tentara Girang |
Nah, begitu…jadi
setelah nonton ini gw merasa ditipu habis-habisan sama Yoo Si Jin, tentara
apaan kerjaannya pacaran melulu! (Padahal dulu tergila-gila).