Kali ini gue mao nulis tentang resepsi pernikahan a la drama
Korea, tapi tentunya bukan nikahan gue dong… secara sampai saat ini yang sah
gue pelok tiap malem masih guling, bukan orang.
Sekitar dua pekan lalu, di tengah kesibukan bekerja, gue
mendapat pesan whatsapp dari seorang kawan, yang juga adik kelas dan teater
sewaktu sma, dan sama-sama pencinta Korea-Korean. Sebut saja Debby, nama kawan
gue itu.
Debby mengirim pesan pada Kamis malam, mengundang untuk
hadir di resepsi pernikahannya pada Sabtu sore, di sebuah restoran di kawasan
Dharmawangsa. Sungguh undangan yang mendadak, seperti tahu bulat yang digoreng
di mobil bak.
Meski mendadak, gue gak begitu kaget karena sebelumnya Debby juga udah
ngobrol-ngobrol soal rencana dan persiapan nikahnya sejak beberapa bulan
sebelumnya, saat terakhir kali gue ketemu dia. Dan sewaktu ngobrol, dia juga
bilang akan ngundang, dan gue berjanji untuk datang.
Sebagai muslimah solehah yang menjadikan janji sebagai
amanat yang harus dipenuhi, meski itu jadwal gue balik ke rumah di Bojong Gede,
tetep gue bela-belain ke Dharmawangsa di pekan itu (Bojong-Dharmawangsa ini
dari segi jarak jauh, dari segi pengejaan nama lokasi juga jomplang yak!).
Di undangan Debby, tertulis syarat-syarat bahwa tamu resepsi
tidak boleh menggunakan warna putih, biru, dan dianjurkan menggunakan sepatu
kets karena tema pernikahannya seperti pesta kebun.
kostum sepatu para hadirin sesuai undangan |
Untung gw pengalaman nih ama kawinan-kawinan macem gini
(pengalaman datang kondangan doang, belom kawinnya). Meski dianjurkan pakai sepatu
kets, mohon maaf..buat Mbak Goes, gaya adalah segalanya.
Gaya Mbak Goes kondangan dadakan dan sendal cetar |
Kebetulan lagi pengen pake baju terusan, dan kalo sampe pake
sepatu kets… sungguh orang bakal lebih mengira gue hadir ke kawinan yang
bertema “bengkel party” ketimbang “garden”, bayangkan kostum di atas tadi,
kalau sandal cetar itu gue ganti sepatu, gue lebih cocok jadi montir.
Setelah menempuh perjalanan – naik ojek, naik kereta, naik
taksi- akhirnya sampailah gue ke Dharmawangsa, dan begitu masuk ke tempat resepsinya…
OMG INI RESEPSINYA KAYAK DI DRAMA-DRAMA KOREA… and I love it!
FYI, Debby memang pencinta Korea..tapi levelnya jauh lebih
gila dibanding gue. Debby itu Ketua Fans Club Hyun Bin Indonesia, jago Bahasa
Korea, punya Kafe Korea di Depok, dan sekarang dapat SUAMIK ORANG KOREA!
GUE MAH PENGGEMAR KOREA CEMEN KAYA NI BOCAH |
Gue sedikit tahu tentang kisah cinta Debby dan suaminya,
hubungan mereka ini sudah terjalin bertahun-tahun dan melewati naik turun
hubungan yang luar biasa, apalagi dengan segala perbedaan yang ada di mereka
berdua.
(Sungguh kisahnya kayak Drama Korea juga…Ya Alloh Debby!)
Debby memang pernah cerita kalau dia ingin dapat pasangan
lelaki Korea, dan itu sampe dia tulis di gembok cinta di Namsan Tower (bukan gembok cinta KW di Aeon Mall Bekasi!). Tentunya keinginan dia ini dia sertai
dengan usaha nyata, seperti belajar Bahasa Korea, pergi ke Korea dan lainnya.
Gak kaya gue, ngimpi
doang pengen dapet lakik kaya Gong Yoo, sementara Debby sibuk belajar Bahasa
Korea, gue sibuk ngemil Cilok.
Ketika Debby nabung supaya bisa nempel impiannya di gembok
Namsan Tower, gue sibuk ngumbar-ngumbar duit beli martabak.
Ketika Debby sibuk dengan kegalauan kisah cintanya, galau
gue cuma sebatas bingung enakan makan martabak manis, asin, atau martabak
gratis.
RECEH DAH GW KEK KOIN BUAT KEROKAN |
Yah, intinya Debby bener-bener berupaya menggapai satu demi
satu mimpinya. Dan gue bangga menjadi saksinya!