Tampilkan postingan dengan label Biar Pinter. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Biar Pinter. Tampilkan semua postingan

Jumat, 20 September 2013

Endometriosis.. Apaan Tuh ?

Waktu tulisan soal kista diposting di blog ini beberapa waktu lalu, banyak kawan-kawan perempuan yang bertanya maupun curhat soal gejala yang sama. Saran sayah waktu itu salah satunya adalah ke dokter dan coba minta pemeriksaan ultrasonologi ato USG untuk ngecek apakah ada kista atau enggak.

Banyak yang ngikutin saran ini, dan beberapa ada yang jawab ternyata gak ada kista. Alhamdulillah... Tapi gejalanya masih terasa sampai sekarang, mulai siklus gak teratur, nyeri sebelum-saat-dan sesudah haid yang luar biasa, dan tidak normalnya darah yang keluar saat periode haid berlangsung.

Jujur saya sendiri bingung jawabnya, karena ilmunya belom sampe. Nah, beberapa waktu lalu saya ikut seminar soal endometriosis yang bisa dibilang semacam penyakit cikal bakal kista.

Apaan sih endometriosis itu ? ya itu tadi, semacam cikal bakal kista.




Kenapa bisa ada endometriosis ?
Menurut Dr. Andon Hestiantoro SPOG, salah satu pembicara di seminar, penyakit ini sendiri terjadi akibat darah haid yang membalik dan masuk ke dalam rongga perut dan menempel. Penyakit ini bisa dipastikan dialami oleh 90 persen wanita yang masih dalam usia produktif alias masih menstruasi gitu.
Nah, darah haid yang membalik itu, dengan kekebalan tubuh yang cukup harusnya bisa dapat dibersihkan."Tapi adakalanya kekebalan sistem tubuh tidak bekerja baik, sehingga menyebabkan timbulnya endometriosis," kata dia.

Biar lebih jelas lagi, coba ketik endrometriosis di google lalu klik image/gambar...pasti entar paham maksud si dokter. Sebab itu bener-bener persis kayak darah haid kita yang biasanya ada di pembalut..cuman ini nempel ke mana-mana di organ tubuh.

Kata Dr Andon, memang susah mendeteksi penyakit ini. Kalaupun di USG gak bakal kelihatan. Penyakit ini juga ajaib, ada yang endometriosisnya seiprit atau cuman semacam susukan tapi sakitnya bisa sampai berguling-guling. Sementara ada yang bercak endometriosisnya udah kemana-mana, tapi masih cengar-cengir aje.

Para perempuan, juga sering kebingungan gara-gara penyakit ini. Sebab, begitu di cek ke dokter ternyata jawabannya gak ada apa-apa atau kadang malah dijawab ,"Ah ini gak apa-apa. Nanti kalau sudah nikah juga hilang sakitnya." Eng...Ing..Enggg.....

Kalo udah sakit tapi ga ketahuan apa sebabnya dan malah disuruh kawin, waspada!! Jangan-jangan dokternya aja yang ngelaba tuh!! hehee bukan deng, maksud sayah waspada karena bisa aja itu gejala endometriosis.

Lah kalau di USG aja gak ketahuan,gimana dong cara mastiinnya ?
Kita bisa ngecek apakah ada endo dalam tubuh kita dengan tes uji darah CA 125 , disitu nanti ketahuan apakah ada endometriosis di tubuh kita atau enggak.

Atau kalau berobat ke dokter spesialis, bisa minta resep obat yang mengandung dienogest. Nah gimana pemakaiannya bisa ditanya ke dokter terkait, saya lihat sekilas itu kaya pil KB yang minumnya harus rutin. Biasanya sih terapi dengan dienogest ini efektif untuk hilangkan nyeri sekaligus mengurangi lesi-lesi si endometriosis tadi. Terapinya sendiri bisa berbulan-bulan loh.

Senin, 09 Juli 2012

Saya dan Kista (II)

Ternyata, postingan terakhir gue soal kista banyak yang klik.. hehehe
Postingan itu sengaja juga gw twit untuk berbagi informasi mengenali gejala kista sejak dini. Dari twit dan postingan blog itu, banyak pertanyaan terus diajukan pada gue. Jujur, untuk menjawab secara medis gue bukan ahlinya, ini cuma berdasar pengalaman aja.

Jadi mari kita lanjut kisahnya, sekaligus menjawab pertanyaan kawan-kawan semua
ini kira2 gambaran ovarium yg terkena kista


Sehabis operasi, gue berasa seperti orang lumpuh. Penuh selang menn dimana-mana, selang infus, selang oksigen, selang darah, selang untuk saluran kencing..karena gue gak bisa bangun. Males abis dah inget-inget masa horor itu -___-"

Hari ketiga semua selang dicabut, kecuali infus. Dan gw dipaksa belajar bangun, dari tidur ke duduk, duduk ke diri. Buat orang normal itu biasa aja, tapi buat yang perutnya abis disobek-sobek...behhh...setiap gerakan memicu jeritan. Tapi akhirnya gw bisa!!

Pulang ke rumah masih didorong-dorong pake kursi roda, sampe rumah jelas masih diberondong pertanyaan oleh tetangga kanan kiri dan temen yang besuk. Baru seminggu dari RS, gw udah harus balik ke Semarang. Jalan aja masih pelan, terus ya itu tiap ketemu temen pasti nanyain kan,"Gusti kenapa?","Sakit apa, terus nanti gimana ?"

Ya, dengan senyum, gue pun mencoba menjawab pertanyaan semua itu. Gw jelaskan bahwa gue kena kista, tumor yang hampir jadi kanker, indung telur gue diangkat. Dan mereka semua pun memasang muka ibu, waktu itu sih gue cuma bilang gak apa-apa. Tapi tau gak, tiap lihat muka dan mimik iba itu, gw maless karena perihh!! Gue gak suka dikasihani orang-orang karena makin dikasihani gue merasa "Emangnga gue semalang itu ya?!!"

Jujur, gue mencoba melupakan bahwa gue berbeda dari sisi organ reproduksi dengan wanita lainnya, hingga saat ini.

Tapi terus gue gugling, gue searching, gue browsing. Banyak wanita yang terkena kista sukses dan bisa memiliki anak!!! Jadi kemungkinan itu masih terbuka lebar buat gue.

Begitu pula juga kisah banyak yang terkena kista, berukuran kecil biasanya, bisa mengempis, sembuh dan hilang kistanya asal disiplin berobat.  Jadi, kista memang berbahaya tapi kita bisa mengalahkan kista!

Berikut beberapa pertanyaan yang banyak diajukan soal Kista.

1. Gus, kalo diangkat indung telur itu apa akibatnya ? Well, indung telur kan ada sepasang alias dua biji. Jadi sama kaya ginjal, meski cuma satu yang ada tetep berfungsi, cuma memang mungkin gak optimal. Indung telur ini untuk menghasilkan sel-sel telur yang akan dibuahi oleh si sperma, klo spermanya gigih dalam pembuahan gue yakin sejauh apapun sel telur pasti akan bisa dibuahi juga ...Amin!

2. Emang bahaya kista apa aja ? Tergantung, klo kistanya membesar seperti yang gue alami itu, ya mau gak mau harus ada pembedahan indung telur. Ada juga yang mengalami, kistanya ini menutup jalan sperma ke indung telur jadi susah untuk proses pembuahan. Yang pasti kista itu kan penyakit ya, gimanapun harus kita basmi untuk kebaikan organ reproduksi kita.

3. Gejala-gejala kista apa aja ? Klo kecil mungkin gak berasa, tapi gejalanya mulai dari biasanya haid tidak teratur dan nyeri/kontraksi yang luar biasa. Klo udah punya gejala-gejala itu gak ada salahnya untuk cek ke dokter kandungan untuk USG dan jangan malu!

Meski udah diangkat atau hilang, bukan berarti Kista itu musnah gitu aja dan gak nongol lagi. Apalagi untuk yang udah pernah kena, aduhhh..... mereka bisa datang kapan aja kalau kita gak hati-hati.

Ukuran kista ini bisa mengecil kalo kita disiplin hidup sehat dan jaga pola makan, ini yang paling penting. Misal kalian udah USG, terus gak mau operasi, dan gue juga menyarankan jangan buru-buru operasi, bisa lohh ditekan kistanya. Cuma ya itu, harus tahan untuk gak makan-makanan enak..

Berikut jenis makanan yang pantang dimakan orang-orang yg terkena Kista ;
- santan, alpukat, kuning telur
- seafood
- fastfood
- gorengan (bila menggoreng lebih baik menggunakan olive oil/minyak zaitun)
- susu sapi (ganti dg susu diet, misalnya WRP)
- susu kedelai, termasuk tahu tempe
- jeroan
- makanan2 manis, termasuk buah2an, misalnya lengkeng, rambutan, mangga.

Terus begitu liat list ini, salah satu temen gue nanya. "Lah pantangannya banyak bener, lo makan apa dong Gus ?" hehehhehehehe

Semoga ini membantu kawan-kawan, gue sih mengambil segala hikmahnya aja dari tiap peristiwa. Jujur, gara-gara kista ini juga terkadang membuat gue ketakutan kalo berbicara soal pernikahan. Gue selalu bertanya-tanya, dulu, apa nanti calon suami gue mau terima keadaan gue setelah mengetahui kejadian ini ? Bahwa gue incomplete organ reproduksinya :D
Itu juga , yang membuat gue menahan untuk tidak banyak bercerita soal kista ini selama hampir 6 tahun.
Tapi semuanya sekarang gue ikhlasin aja, Insya Alloh...jawaban Alloh itu yang terbaik .. Aminnn....
dan belajar ikhlas itu gak mudah loh, gue perlu sedih dulu bertaun-taun hingga akhirnya sekarang bisa menyatakan itu dengan bangga di blog gue.

Gudluck buat semua, jangan takut, jangan ragu! Ayo segera cek organ reproduksi kalian :)

Minggu, 08 Juli 2012

Kista dan Saya !!!!


Penyakit itu bisa datang kapan saja, tapi kadang kita ga sadar bahwa yang mengundang penyakit itu datang adalah diri kita sendiri.

Sengaja, gw tulis ini di Blog untuk berbagi pengalaman. Sekaligus, biar nanti ada semacam cambuk pengingat buat gue sendiri untuk tidak mengulang kebiasaan-kebiasaan tidak sehat. Niatan menulis blog ini  timbul, setelah gw membaca Blog salah seorang senior di kampus. Dia bercerita bahwa saat ini dia terkena kista indung telur atau kista endometriosis.

Lalu gw teringat peristiwa sekitar 5-6 tahun lalu. Ya, gw juga pengidap kista indung telur , dulu.

nyeri kista itu luar biasa


Agustus 2006 tepatnya.

Saat itu libur semester, jadi gue bisa menikmati liburan di Jakarta dan beristirahat dari aktivitas kampus di Semarang. Seperti biasa, setiap Bulan Agustus itu gue selalu rempong urusin acara-acara buat 17 Agustusan di Kampung. Mulai dari lomba buat anak-anak, sampe panggung seninya.
Menggagas, mengetik, menyebar, menari, menyutradarai dan sebagainya.
Acaranya digelar pada tanggal 21 Agustus , saat itu gue belum tahu dan merancang nasib gue yang ternyata pada tanggal 22 Agustus harus bersedia mengangkat salah satu indung telur karena penyakit kista.

Tepatnya sekitar tanggal 15 Agustus, gue udah merasa ngilu gak jelas di sekitar bawah perut hingga vagina, payudara mengencang, dan keinginan makan bertambah. Jelas itu pertanda yang disadari setiap perempuan untuk tamu bulanannya. Masalahnya, seperti biasa haid gue itu terlambat, kali ini selama 3 minggu dari jadwal sebelumnya. Jadi hampir sebulan gak dapet mens.

Hal itu, bagi gue dulu, adalah wajar. Soal terlambat datang bulan ini sering gue alami sejak awal mendapat menstruasi. Bahkan pernah, gw gak dapat haid selama 3 bulan berturut-turut. Gue pun mulai khawatir, apa jangan-jangan hamil... tapi di umur belasan tahun itu..ciuman aja gak pernah gimana bisa hamil coba -___-"

Pas 16 Agustus, sesuai prediksi gue mendapat tamu bulanan. Nyerinya luarr biasaaa! Kalau lagi haid, udah dapatnya banyak cuma 3 hari, sisanya coklat gak jelas bisa hampir seminggu. Jadi total haid gue itu bisa 9-10 hari. Setiap nyeri datang bulan, pasti para perempuan coba minum obat penghilang nyeri datang bulan itu kan? Tapi percaya deh, ternyata itu semua gak ada efeknya dan tidak membantu.

Nyeri yang luar biasa ini membuat gue sampe sakit demam, dan berlanjut di hari kedua. Gw berpikir, mens gue ini parah karena gue lagi sakit. Sampe akhirnya gue tahu, justru mens gue itulah yang membuat semua kondisi tubuh gue payah. Karena masih urusin lomba, gue coba sok menguatkan diri dengan minum pocary sweat dingin ..baru juga disedot. Alamakkkkk!!! Nyerinya makin menjadi dan gue pingsan.

Gue ga inget apa yang terjadi, yang jelas gue dibopong-bopong orang sekampung dan langsung dilarikan ke RS Jakarta di Setiabudi. Saat di UGD gue cuma bisa meringis-ringis gak jelas, kalo kata bapak gue yang nganterin waktu itu udah mukanya pucet banget ditambah jerit-jerit, duduk salah, tidur salah. Serba salah.

Dokterpun kebingungan, gue cuma tahu semua baju gue dicopot dengan paksa ama si suster karena harus menjalani beberapa tes. Dalam keadaan setengah sadar, gue cek rontgen, cek darah, cek ke dokter spesialis pencernaan takut usus buntu, pokoknya gue didorong-dorong di kursi roda dari satu ruang lab ke lab lainnya dan cuma bisa berbaring aja.

Terakhir, sekitar sore jam 6, karena gak ditemuin juga tuh asal penyakit. Akhirnya si dokter merujuk ke dokter spesialis kandungan. Nama dokternya Dr Herman, gue masih ingat. dia bergelar DOKTOR bukan dokter. waktu itu. Saat ini mungkin udah jadi Professor.

Umur 20 tahun, untuk pertama kalinya gue di USG oleh dokter kandungan. Dan dari situ diketahui terdapat kista berukuran 5 cm lebih , hampir 6, yang mendesak indung telur sebelah kiri gue. Kistanya, menurut dokter, lebih besar dari ukuran indung telur sehingga berbahaya dan sudah merembet ke indung telur kanan. Ukuran kista ini, katanya, agak sulit diselamatkan kecuali harus dioperasi dengan cara membelek atau mengangkat indung telur.

Hadiah yang sangat spesial bukan? Di hari yang pas ulang tahun gue ke 20 gue divonis terkena kista dan harus diangkat indung telurnya.

Gue bertanya sama dokter, apa salah gue selama ini hingga kena penyakit kista? Ini penyakit yang langsung terkena organ reproduksi. Sementara gue berpikir selama ini gue gak pernah ngapa-ngapain organ reproduksi gue. Dokter bilang, ini karena hormon yang tidak seimbang. Faktor utamanya adalah makanan, seperti fastfood. Mak!

Si dokter memberi gue dan keluarga gue waktu untuk berpikir selama tiga hari atau dapat second opinion sebelum dioperasi. Menginap semalam di rumah sakit, sekampung langsung datang besuk. Soalnya bikin heboh kampung pas pingsan.. hehehe

Tahun 2006, gue terkapar. Akses internet belum secanggih sekarang, Bokap gue konsultasi seadanya ke kiri dan kanan. Minta doa sama Ustadz-Ustadz. Kakak sepupu gue menyarankan gue jangan operasi dulu, tapi lihat kondisi dulu dan cari pengobatan lainnya.

Tapi, lagi-lagi malamnya gue meringis hebat. Bokap gak tega melihat gue terkapar begitu di Rumah Sakit dan memutuskan mengakhiri sakit gue dengan mengangkat penyakit itu, apapun resikonya. Nyokap gue, begitu tahu gua akan kehilangan indung telur, dia yang menangis paling kejer. Gue ?? boro-boro bisa mikir masa depan, mikir aja kagak bisa saking lemesnya.

Tanggal 22 Agustus gue akan dioperasi, malamnya tanggal 21 anak-anak temen maen gue di kampung memberi kejutan dengan mementaskan drama gue dengan hasil latihan mereka sendiri. Malam itu juga temen-temen sekelas waktu SMA, bener-bener satu kelas pada datang, untuk menyemangati gue. Yang saat itu, jalan aja mesti pakai tongkat saking gak kuatnya.

22 Agustus pagi, sahabat gue dari geng gopek Efa, Anggi, Muti dan Melly datang pagi-pagi nyusul ke rumah sakit. Mereka menunggu gue menjalani operasi selama berjam-jam, mengantar gue ke ruang operasi. Dimana pada saat itu, gue masih merasa gak ada yang salah dari tubuh gue, ini cuma operasi biasa, seperti operasi sinusitis yang udah gue jalani dua kali.

Setelah sekitar 5-6 jam, gue di dorong dari ruang operasi setengah sadar. Gue melihat sosok-sosok sahabat gue masih ada disitu, bokap, nyokap dan sanak saudara lainnya. Obat bius mulai beraksi lagi, gue tertidur.

Sayup-sayup gue denger bokap bercerita ama tetangga yang besuk gue, "Ini kistanya, gede kan. Udah hitam gitu, kata dokter ini udah bahaya dan merambat ke yang kanan. Tadi dikerik sekalian, kalau terlambat bisa jadi kanker," kata papa.

Gue mencoba mengenali orang-orang disekitar gue, cuma bayangan-bayangan. Gue merasa di kanan gue tangan gue memegang sesuatu, gue lihat nyokap megangin tangan. Yang gue tahu belakangan dari cerita nyokap, ternyata gak gue lepas-lepas sejak dari ruang operasi sampai besok pagi karena gue gak berhenti merintih.

Faktanya emang iya, begitu reaksi obat bius mulai habis. Nyeri yang datang bertubi-tubi, bayangin aja indung telur lo yang tipis itu...habis dirobek, digunting diangkat, dikerik lewat kulit lo dan lapisan daging yang harus dibelek dulu untuk ambil itu kista. Rasanya kayak ditusuk-tusuk pisau yang masih tertancap tepat di atas vagina loe. Gue nangis sejadi-jadinya, mau bangun gak bisa. Tiap gerakan berasa ada darah yang mengalir dari tubuh, sakittttt.

Tapi diantara rasa sakit itu, yang buat gue semakin kejer nangis itu karena gue berasa...ada yang hilang dari tubuh gue, ada yang beda. Oh iya, jelas, gue udah kehilangan indung telur gue. Sebagai wanita, gua gak sempurna, incomplete, dalam arti sesungguhnya. Gue pun makin menangis dan menggenggam tangan nyokap makin erat, nyokap juga nangis. Tapi disela-sela tangisnya itu, gue mendengar dia gak nyerah suruh gue berdzikir untuk menguatkan mental gue....


- to be continue-



Jumat, 17 Oktober 2008

Prof. Dr.Hj.Retno Sriningsih Satmoko: MENJADI MANUSIA SEUTUHNYA TANPA BERHENTI MENJADI WANITA SEPENUHNYA

“Kami disini memohon diusahakan pengajaran dan pendidikan anak-anak perempuan, bukan sekali-kali karena kami menginginkan anak-anak perempuan itu menjadi saingan laki-laki dalam perjuangan hidupnya. Tapi karena kami yakin akan ada pengaruhnya yang besar sekali bagi kaum wanita, agar wanita lebih cakap melakukan kewajibannya, sunatullah di dalam tangannya: menjadi ibu, pendidik manusia yang pertama-tama”
(Penggalan surat kartini kepada prof. Anton dan nyonya, 4 oktober 1902)
Prof. Sri satmoko, ibunda dari menteri perekonomian Sri Mulyani ini menjadi pilihan GeKa untuk mengangkatnya menjadi Sosok yang dibahas dalam tabloid ini, kegigihannya dalam membesarkan putra-putrinya sekaligus usahanya untuk terus menggali ilmu menjadi alasan GeKa memilihnya. Berikut narasi riwayat kehidupan Prof Sri Satmoko yang berhasil digali oleh reporter Geka.
Didalam kehidupan penghidupan sebagai wanita banyak stereotip dan rambu-rambu yang membatasi gerak wanita, salah satunya anggapan wanita sebagai ‘konco wingking’ yang menggambarkan wanita hanya layak berada di belakang, namun saya lebih suka istilah ‘garwo’ yang artinya separuh nyawa, istilah ini menunjukkan bahwa pria dan wanita diciptakan untuk saling melengkapi.
bisa dikatakan kisah hidup saya bermula sejak saya menginjakkan kaki di Sekolah Guru A (SGA) dimana merupakan yang pertama di Indonesia, setiap lulusannya wajib untuk mengajar di Sekolah Lanjutan Pertama. sewaktu menjadi murid dahulu, saya sering mengukir prestasi di bidang olahraga, saat itu olahraga lompat tinggi dan lempar cakram merupakan cabang yang saya kuasai. tahun 1951 saya lulus dan mengajar olahraga di sebuah sekolah, karena mengajar bidang olahraga maka saya mengenakan celana agar lebih praktis, namun saat itu ternyata masyarakat belum terbiasa melihat wanita memakai celana sehingga seluruh lapanagan dipagari oleh pihak sekolah agar tidak terlihat masyarakat dari luar.
Tahun 1953 saat saya masih berusia 22 tahun, saya menikah dengan Prof. Satmoko. sebelum mengambil keputusan menikah orang tua saya sempat menawarkan pilihan untuk terus melanjutkan pendidikan ke fakultas pendidikan jasmani tapi tidak boleh menikah dahulu, memang dasar jiwa muda saya sedang bergejolak saat itu saya tetap memilih untuk menikah. walaupun sudah menikah namun saya tidak berhenti untuk terus belajar dan menuntut ilmu, tidak lama setelah menikah kami (saya dan suami) mendapat tugas belajar SI di suatu ilmu pendidikan Yogyakarta untuk bisa naik tingkat dapat mengajar di SLTA.
pada saat belajar SI di Yogyakarta tersebut, saya mengalami keguguran, namun saya tidak menyadarinya. pasca keguguran ibu saya menakut-nakuti bahwa saya tidak bisa mendapat anak lagi, saya sangat sedih dan takut. tidak disangka satu bulan kemudian saya kembali hamil, saya berhati-hati menjaga kandungan saya karena pada waktu itu saya masih menuntut ilmu, tak lama saya berhasil melahirkan anak pertama, setelah itu saya hamil lagi, begitu terus, bisa saya katakan saya sambil belajar beranak, sambil beranak belajar sampai saya lulus , yah hidup memang unik.
karena ada ketentuan PNS harus mengabdi ke luar pulau Jawa saat itu, dengan memboyong 3 orang anak kami sekeluarga merantau ke Tanjung Karang. Berada di Tanjung Karang hingga saya memiliki anak ke tujuh yaitu Sri Mulyani, ada hal yang mengesankan saat itu, untuk menambah keuangan keluarga saya berinisiatif untuk membuka koperasi di Tanjung Karang, padahal saya sama sekali tidak punya latar belakang di bidang ekonomi, cuma modal nekat namun ternyata bermanfaat bagi masyarakat sekitar, pada saat mengelola koperasi itulah saya tengah mengandung Sri Mulyani. Terlalu lama hidup di Tanjung Karang akan membuat kami tidak berkembang menjadi lebih baik, hal itu yang ada di pikiran saya saat itu, lalu tahun 1963 saya, suami beserta ke7 anak kami kembali ke Pulau Jawa, tanpa membawa apapun, semua barang saya tinggalkan di Tanjung Karang, hanya membawa tekad untuk menuju hidup yang lebih baik dengan bekal seadanya.
Tidak tahu mau tinggal dimana, tidak ada tempat yang dituju, belum ada tempat untuk berteduh. Saya hanya bisa pasrah saya berpikir jika Allah menghendaki anak-anak saya tinggal di gubuk maka kami akan tinggal di gubuk, jika Allah menghendaki anak-anak tinggal di gedung maka kami akan dapat gedung. Kami kembali ke Yogya, dan tidak disangka, ada salah seorang kerabat yang meminjamkan rumah dinasnya yang tidak terpakai kepada kami tanpa kami meminta. Begitulah, saya di Yogya kembali melanjutkan menuntut ilmu di fakultas Ilmu Pedagogi bersama suami, mungkin disini jiwa pejuang saya ditempa, sambil belajar pada saat itu saya kembali mengandung. Peran saya dituntut secara maksimal sebagai wanita, sebagai pelajar, sebagi ibu yang mengandung, dan sekaligus ibu rumah tangga yang wajib mengurus suami dan tujuh anak lainnya.
Pada masa-masa ini saya menyadari kompleksnya peran seorang wanita dalam kehidupan, dan memang hanya seorang wanita saja yang sanggup. Dalam rumah tangga saya harus menjadi manger yang handal, sebagai petugas belajar saat itu kami dilarang mencari honorarium, jadi yang kami miliki saat itu hanya gaji pokok, saya harus mengatur keuangan dan pengeluaran sedemikian rupa agar ketujuh anak saya tetap bisa makan dan sekolah, saya ingat betul waktu itu kami sampai harus makan separuh jagung, separuh nasi agar bisa bertahan, untuk mendapat pakaian anak-anak saya menjual lurik. Saya pribadi saat itu berperan ganda sebagai ibu, sebagai pengajar, sebagai pelajar, dan sebagai istri. Kewajiban mengajar saat itu sehari 18 jam, agar kebutuhan pokok kami terpenuhi, saya pribadi mengatur waktu sedemikian rupa, sehingga di tengah malam saya masih sempat untuk belajar. Sulit memang, tapi saya dan suami membiasakan diri untuk tidak mengeluh dan terus bertekad. Sedari dulu kami hidup secra prihatin, kami tidak mengajarkan anak-anak untuk berhura-hura
Semakin tinggi tingkat pendidikan maka karir say asemakin naik, jika dihitung saya sebenarnya sama kedudukan dengan suami, namun saat itu sebagai wanita kemapuan saya sering tiak diakui, pernah suatu ketika saya mengajukan proposal penelitian dan lolos seleksi di Jakarta, karena proposal saya berhasil saya berencana mengkoordinasi para dosen untuk terlibat dalam penelitian ini, namun salah seorang pejabat di kampus justru menegur saya dengan berkata “ Who are you? , kamu Cuma seorang wanita”, kata-katanya sangat menyakitkan dan membuat saya merasa terinjak-injak sebagai seorang wanita, pengalaman serupa sering terjadi sebenarnya. Beberapa saya meilih untuk mengalah, namun ada satu tekad di benak saya, semua orang bisa mengintervensi saya, tapi tidak untuk anak-anak saya. Pendidikan mereka akan terus saya perjuangkan demi kemajuan mereka. Begitulah sehingga saya memiliki sepuluh orang anak saat ini, dan kesepuluh-puluhnya saat ini bisa saya katakana telah mencapai kesuksesan.
Kunci dari segala keberhasilan tersebut adalah, kegigihan dalam berjuang dan memperoleh pendidikan, kami tidak pernah mengeluh dalam kesulitan tapi terus bahu mebahu. Dalam mendidik anak-anak, saya selalu memberikan kata-kata positif kepada mereka untuk membangun kepercayaan diri mereka saat di sekolah dan belajar, karena anak tiak mampu belajar dengan baik jika orangtuanya memandang remeh mereka.




DAFTAR SEPULUH ANAK PROF. SATMOKO:
1. Prof. DR.Dr.H.Agus Purwadianto, SH, Msi, Spf(K)
2. Dr.Hj.Asri Purwanti, SpA,MPd
3. DR.Ir.Hj.Nining Sri Astuti ,MA
4. Ir.H.Nanang Untung Tjahyono M
5. Ir.H.Teguh Trianung Djoko Susanto,MM
6. Ir.Hj.Umiyatun Hayati Triastuti,M.sc
7. DR.Hj. Sri Mulyani Indrawati
8. Dr.Hj.Sri Harsi Teteki,M.kes
9. Dr.Sutopo Patria Jati,MM
10. Hj. Retno Wahyuningsih,SE