pic courtesy Montase |
Bismillahirrohmanirrohim
Saya cuma mau ngasih tahu..secapek apapun saya malam ini tetep saya bela-belain
nulis soal film Dilan. Karena apa?
Baca aja
dulu, Iqro!
Ada dua
alasan kenapa gue ngebet banget mau nonton Dilan 1990;
1. Karena
gue punya bukunya Dilan 1990, tapi belum baca (jadi ngapain dong dijadiin
alasan?!!)
2. Karena
Iqbal Cowboy Junior/CJR
3. Karena
kamu pasti baca postingan blog ini, dan diam-diam senyum sambil menahan rindu
(eyaaaaaa~~~)
Loh
bentar, tadi katanya 2 alasan…kok sekarang 3?
Ya kan
ditulis di atas, alasan nonton Dilan memang cuma nomor 1 dan 2, alasan nomor 3
itu aku nulis ini demi kamu… yang diam-diam suka stalking aku, hanya supaya
tahu kabarku (eyaaaaaa lagiii~~~).
Emangnya
Dilan aja yang boleh ngegombal receh!
Baiqlah,
mari balik ke Dilan 1990.
Rasa
penasaran gue sudah membuncah begitu liat trailernya, beberapa temen ada yang
bergidik geli, jadi untuk menonton film ini gue memastikan harus memilih mitra
menonton yang; sama alaynya ama gue dan memiliki selera receh untuk bahagia
Lelang
mitra menonton pun semakin ketat, karena jadwal kerja dan tubuh yang padat, gue
baru bisa menonton di atas jam 9 (itupun deg-degan gak sampe bioskop, LOL).
Hamdalah
ada yang mao.
Masuklah
kami ke bioskop. Kenapa ke bioskop? Karena kalau ke KUA aku maunya ama kamu,
bukan sama dia (eyaaaaa lagiiii~~~).
Begitu
duduk, layar terbuka lalu terpampang lah video greetings dari Iqbal Ramadhan si
pemain Dilan.
“Hi
kawan-kawan….”
Ehmm Bal,
usia gue mungkin udah gak cocok jadi kawan loe.
“Terima
kasih sudah datang menonton Dilan. Mohon maaf aku gak bisa nemenin kalian
nonton dan berada di sana karena sedang menempuh pendidikan di Amerika..”
APA!!! Gue
inget banget waktu dia kecil, dia satu-satunya artis cilik di zaman itu yang
punya cita-cita jadi hafidz quran! Seperti yang tertera di sini
Lah
dengan cita-citanya setinggi surga, gue pikir dia akan menimba ilmu ke Mesir
atau negara Timur Tengah lainnya. Taunya ke Amerika. Lalu gue ungkapkan lah
rasa penasaran gue ke temen gue.
“Kok
malah ke Amerika, katanya mao jadi hafiz..”
dan
dijawab selow oleh temen gue. “Ya mungkin dia masuk pesantren di Amerika.”
Okay, Ner
Uga.
Gak
apa-apa dek Iqbal, selama kamu masih meyimpan cita-cita itu sebagai mimpi masih
bagus, kok. Mimpi itu kadang memang tak selalu harus atau bisa diwujudkan….(yelaaa)
Lanjut.
Film pun
mulai diputar, kita dikenalkan dengan sosok Milea yang dimainkan Vanessa
Priscilla. Gadis Jakarta yang pindah sekolah SMA ke Bandung.
Sewaktu
Milea berjalan, tiba-tiba ada suara motor dari belakang yang perlahan mendekat.
Ternyata itu Dilan.
“Hi, kamu
Milea ya. Boleh gak aku meramal?”
“Meramal?”
“Iya aku
ramal nanti kita akan bertemu di kantin?”
Milea
pasti bingung dong, pasti dalam hati mikir ini anak Mama Loren apa gimana?
Ketemu-ketemu minta ramal, emang kotak. Kotak Ramal! (AMAL, GUS!)
Habis
itu, Dilan nawarin bonceng Milea, tapi tentunya ditolak lagi. Lalu Dilan
kembali meramal. “Aku ramal suatu hari pasti kamu mau naik motor aku.”
courtesy Parodi Ojek Online |
Hmmm…mungkin
Dilan punya insting kalo gede jadi tukang ojek onlen, Milea suatu saat pasti
jadi penumpangnya. Semangat!
Sungguh
pemirsa, ini baru gombalan receh tahap 1. Siapkan jantung kalian untuk menyimak
gombalan super receh lainnya. Eee…tapi kalo buat kamu yang lagi mikirin aku,
siapkan hati aja kalau suatu saat kita bertemu dan kamu terpana melihat senyum
manisku.
(eyaaaa
lagi)
Dilan
tampak tak habis kata-kata maupun akal untuk merayu Milea. Bukan hanya digempur
lewat bicara, tapi juga lewat surat-surat yang berisi kalimat yang bikin
melayang perempuan.
Sewaktu
PDKT, di dalam angkot Dilan berucap. “Milea kamu cantik. Tapi aku belum
mencintaimu, gak tau kalau sore. Tunggu aja.”
Ya ALLOH
DILAN…KAMU RABUN SENJA?? Kok bisa kuatir Milea sore hari bakal beda ama Milea
pagi dan siang…
Sampai
akhirnya besok pagi, Dilan titip surat ke temennya Milea dan berisi kalimat. “Pemberitahuan,
sejak sore kemarin aku sudah mencintaimu- Dilan!”
AMSYONG
TANTEHHH, DILANNN…..
Seumur-umur
waktu gue sekolah dulu, sekalinya ada lelaki kirim surat atau kertas..begitu
dibuka isinya cuma tulisan:
“14 , 21,
24, 25, 28, 30…”
Sungguh
kode yang mulia, yang tidak diawali dengan pujian tapi cukup dengan kata. “Pstt….pstttt.”
Itu zaman
sekolah, begitu udah kerja…sekalinya ada surat yang gue terima cuma surat
tagihan kartu kredit. Sungguh kaku hiduppkuuuuu~~