Tampilkan postingan dengan label Yang Jalan-Jalan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Yang Jalan-Jalan. Tampilkan semua postingan

Minggu, 02 Desember 2018

Review: Staycation di Novus Giri Puncak, Serasa di Bali!

Novus Giri Puncak, model dadakan; Ira Wardany




Dulu nih, sewaktu gue masih muda-singset-dan banyak gaya, gue selalu heran sama orang-orang Jakarta yang hobi banget ke Puncak, Bogor, saban akhir pekan. 

Laporan radio selalu sebut macet, jalur buka tutup. Bahkan kalau ada outing kantor ke Puncak, ku selalu pura pura ga enak badan. Itu karena, menurut gue di Puncak orang-orang cuma mau dapat cuaca yang beda sama Jakarta, dingin, pemandangan, sama di villa. 

Udah gitu aja. Dan memang cuma di Puncak waktu itu cuma ada; villa, villa, villa, wisma kementerian/pemerentah, villa, villa, kebon teh, villa, wisma, gitu doang.

Apa coba yang menarik? Pikir gue saat itu. 

Tapi nih, seiring bertambahnya usia-berat badan-dan kekayaan (yang tak seberapa), akhirnya gue paham kenapa orang Jakarta pada berbondong bondong ke Puncak pada akhir pekan. 

Memang segala sesuatu yang kita tidak pahami, tidak serta merta bisa dijawab. Kadang butuh waktu lama sampai kita mendapat jawabnya sendiri.
 (TSAH! Gilak filosofis abis Mbak Goes!)

Nah, seiring bertambah-tambahnya hal yang disebut tadi, dalam hidup kaum urban selalu ada yang berkurang, yakni waktu. 

Kadang, kita tertelan dengan segala kesibukan pekerjaan dan ingin melarikan diri dengan liburan (yang panjang), tapi waktu untuk liburnya susah ditemukan. Sehingga cuma bisa liburan singkat barang 2-3 hari. 

Untuk liburan singkat itu, gak mungkin juga ke luar pulau atau luar negeri karena Senin kita kembali bekerja, dan harga serta tekanan darah juga naik!

Kita butuh liburan singkat untuk refreshing aja, dan Bogor-Bandung akhirnya jadi pilihan warga Jakarta. Now I Know. 

Kedua, keinginan untuk melarikan diri dari Jakarta meski sebentar itu gak bisa dihindari, terutama buat yang tiap hari lihat kemacetan, padatnya orang dan gedung-gedung. Ugh!

Kami butuh mencari ketenangan lahir dan batin, untuk seimbangkan yin dan yang. 

Kami ingin Zen seperti tante Sophia Latjuba!


Apalagi sebagai jurnalis di tahun politik ya, udah lah. Nulis bener tetep disalahin kedua kubu, berita kaga ada yang positif, gemes sama pemerentah, kesel juga sama oposisi. Belum kalo baca komen netizen, ya Alloh rasanya ingin jadi jimbot (gimbot) jaman dulu yang bisa ngomong. 

Lalu ku ingin ngomong  “Begok lu, begok lu, begok lu” ke semua orang yang hobi mencet asal-asalan sebelum posting komen. 

Di tengahhhh segala keruwetan dan stress hidup itu, pengennya sih yah ke Bali yang aman-damai-jauh, tapi kesibukan kadang tak mengizinkan. 

Sampe akhirnya, gue coba cari aja itu di Instagram dan aplikasi travel, serta google soal tempat-tempat staycation di Bogor yang direkomendasikan. Sampe gak tahu gimana, ketemulah Novus Giri Hotel ini. 

Begitu lihat gambar-gambar hotelnya, mupeng. Kok kayaknya zen banget ya, asri, dan kaya Bali! Gue paling tergiur pas lihat kamar yang ada private hot pool-nya. Duileeee.. mao..mao…mao (tapi mihil).

Dari lihat-lihat dan mupeng itu, gw tawarin lah ke beberapa kawan dekat yang sama sibuknya. 

Kami sempet bolak-balik liat situs travel juga, ternyata di Bogor atau Puncak itu diam-diam udah banyak hotel yang nawarin ‘kedamaian’ a la Bali. Latar pemandangan yang indah atau infinity pool. 

Tapi hati kami memutuskan, kayaknya Novus Giri menggoda deh apalagi yang pakai private pool itu. Hati kami mauu itu, tapi dompet kami tak mampu. 

Ujungnya kami pilih kamar superior garden aja,  yang cuma lihat kebon. Dan tahu kami pesan hotel ini bulan apa? SEPTEMBER! 

Yes Indeed, we’re too busy sampe sampe liburan ke Puncak aja kudu disiapin dua bulan sebelomnya. 

Kami pesan untuk 3 hari 2 malam, jadi dari Jumat ke Minggu. Dan akhirnya, pekan lalu, tibalah waktu yang kami nantikan. LIBURAN!

Kami sengaja pilih Jumat untuk hindari kemacetan, tapi kami salah. 

Kami belajar macet bukan hal yang bisa dihindari, macet itu adalah pasti seperti kita menghadapi kematian. Yang jadi masalahnya adalah apakah kita punya bekal dan persiapan yang cukup untuk hadapi kemacetan. 
(Filosofis Mbak Goes nomor dua di tulisan ini).

Minggu, 04 Maret 2018

Naik Bianglala dan Kuliner di AEON Mall Cakung

Hai para pembaca,

(yang belum membaca belum hai…apa dah!)

Jadi begini, rencana semula gue dan kawan-kawan akan menghabiskan akhir pekan ini di sebuah villa di puncak, Bogor. Acara sudah disiapkan sejak berbulan-bulan sebelumnya, maklum karena kebanyakan personel adalah wartawan dan kadang Sabtu-Minggu harus masuk jadi harus disetting jauh-jauh hari agar tidak mengganggu kinerja.

Tapi apa daya, musibah terjadi sehingga villa tidak bisa digunakan tepat 3 hari sebelum liburan berlangsung. Nah, berhubung kami sudah stress berat butuh liburan, dan mumpung ada waktu bisa libur bareng-bareng akhirnya memutuskan untuk liburan di Jakarta ajah.

Kami yang dimaksud yakni gue, Ayu, Mbak Fenny, dan Mbak Ira yang kebetulan satu apartemen. Tapi ya itu tadi, karena kesibukan masing-masing, boro-boro sering ngobrol mah jam kerjanya aja pada gak ketemu, LOL. Anggota apartemen baru komplit kalau di atas jam 10 malam, dan itu pun udah jam bobo.

Ayu semula mengusulkan ke Kelapa Gading untuk wisata kuliner, tapi dulu kita sempat baca-baca soal wahana ferris wheels di AEON Cakung. Jauh sih, tapi apa salahnya dicoba, sekali-kali main jauh. Akhirnya kita ubah tujuan ke Cakung.

Seperti biasa gue urusan riset wahana dan makan di mana kalo jalan-jalan. Supaya sampai di tujuan kita efektif jadwalnya.

Membulatkan niat, setelah usai bekerja rata-rata sampai siang hari, kami berangkat ke AEON Mal Jakarta Garden City yang ada di Cakung. Jaraknya dari tempat kami sekitar 32 km, dengan jarak tempuh 1 jam kalo gak macet. Alhasil?? Perjalanan lebih dari 1 jam karena macet bingitz.

Penampakan mal, sudah keliatan kan bianglalanya?


Ini adalah mal terjauh yang kami kunjungi di Jakarta, tapi karena lagi niat akhirnya bisa sampai juga.

Sewaktu awal melihat, jujur gue terpana dengan perkembangan Cakung-Cilincing saat ini dibanding keadaan dua wilayah itu 7-8 tahun lalu sewaktu gue masih jadi wartawan perkotaan dan ngepos di Jakarta Timur.

Ya udah balik lagi ke AEON Mal Cakung, ini saudaranya AEON Mal yang ada di Tangerang itu. Hampir semuanya mirip, kecuali bagian adanya wahana bianglala atau ferris wheel ini.

Untuk ke wahana ini, begitu masuk mal-nya langsung ke lantai paling atas aja. Terus, siapkan uang tiketnya sebagai berikut:

Tiket J-Sky (baru sadar itu namanya)


-       Rp 50 ribu untuk tiketnya per orang.
-       Kalau kamu couple dan pengen berduaan aja, bisa bayar yang versi couple yakni Rp 160 ribu.
-       Kalau pengen dapat yang interiornya bagus atau sekeluarga , dengan maksimal 7 orang, bisa pesan yang paket family atau VIP seharga Rp 350 ribu.

Tapi gue kasih tahu aja, mending ambil per orang aja Rp 50 ribu, kalo antrian gak padat banget, satu gondola bianglala bisa diisi kamu berdua doang kok. Gak kaya naek angkot yang harus isi 6 dulu baru bisa jalan.

Bianglala

Biangsaja bila kau mau...biangsaja bila kau mau, katakan sesungguhnya, pada dirinyaaa..lalala


Karena bianglala terus muter, pelan-pelan sih, kalo muternya cepet jadi biang kerok dong (apa sih), jadi sewaktu naiknya kita kaya naik metromini yang disetop tapi gak mau berhenti..cuma pelan-pelan jalan ajah.

Jadinya, kalau turun bianglalanya, ya kaya turun metromini atau kopaja, kaki kiri duluan untuk pijakan.

Durasi naik bianglala ini sekitar 15 menit, gak lama emang, dibandingi ama ferris wheel di Singapore yang bisa 30-40 menit, ya bayarnya juga beda ya bok.

Bianglala ini sangat direkomendasikan buat kamu yang ingin beromantis ria, atau menyatakan cinta. Kalau cinta diterima, turun bianglala lanjut jalan-jalan pegangan tangan atau pasang gembok cinta di lokasi dekat bianglala.

Cekrek, Mupeng, Upload!!! 


Kalau cinta kamu ditolak, buka pintu bianglalanya terus langsung jorokin aja ke bawah si orang yang nolak kamu barusan.

Ala ala Namsan Tower 


Eh ngomong-ngomong gembok, di sini juga disediakan gembok-gembok cinta ala Namsan Tower di Korea itu. Tadinya gue mau beli, tapi bukan tulis nama pasangan. Yang mau gue tulis adalah nomor rekening tabungan, biar awet hubungan gue ama duit-duit gue. Harganya sekitar Rp 25 ribu satu gembok.

Usai naik bianglala, area sekitar bianglala itu luas banget dan ada banyak jajanan. Buat yang berkeluarga jadi bisa habiskan waktu di sana lebih banyak, karena ada arena bermain buat anak-anak.

Arena bermain dari atas bianglala 


Ini kreatif sih jadi kalau ke Mal gak melulu cuma belanja, tapi ruang publiknya gede jadi bisa buat anak-anak (ya namanya Mal Jepang ya..niat bikinnya).

Kelar foto-foto di area bianglala, kami pun sibuk cari makanan di lantai ground floor, dan sesuai hasil riset kita makan di Tokugawa Okonomiyaki.

Mas Mas Tokugawa yang masak depan kami..... ketika kami kelaparan!


Gue pesen fried rice dan beef okonomiyaki-nya dan dua-duanya ini…enak banget. Terutama nasi gorengnya ya!

Beef Okonomiyaki 

Nasi Goreng Paling Ena!

Eh gila, gue pesen dua? Iya, selow, abis kok dua-duanya.

Makan beres, kami bergeser ke AEON supermarket untuk beli es krimnya yang legendaris itu, cuma Rp 10 ribu tapi enak beut. Ada rasa baru sebenernya Strawberry dan Cokelat, atau bisa dimix, tapi lagi habis sayangnya.

Ya gapapa, yang vanilla green tea juga enak.

Udahlah cuma Rp 10 ribu tapi ena banget



Pas di supermarket, kami memutuskan sekalian belanja bulanan kebutuhan (perut) kami. Buat produk-produk asal Jepang di supermarket ini harganya lebih murah loh! Misal biore tisu pembersih, yang di mal-mal biasanya Rp 90 ribuan, di sana bisa cuma Rp 74 ribu. WOW.

Senengnya lagi tuh, ada jajanan unik yang kami temuin di sana. Di antaranya adalah Es Krim Milo dari Nestle!!

Rasanya Milo Banget!! (Ya iyalah!)


Sebetulnya gue udah kenyang, tapi kan susah nemuin beginian, ya dibelilah….dan ternyata enak. (Apa coba yang ga enak?!).

Bonus nemu beginian juga, beng-beng ala-ala toblerone oleh-oleh tiap ada yang ke Singapore


Ya udah, sesungguhnya warga Cakung dan Bekasi bisa berbahagia dengan kehadiran mal ini..Tapi kami, udah cukup sekali aja ke sana. Meskipun seru, ku tak mau kedua kali pergi ke Cakung karena jauhnya minta ampun.

Okay, sekian saja dan selamat jalan-jalan!


Selasa, 26 Desember 2017

Piknik dan Melihat Panda di Taman Safari



Foto lokasi Istana Panda, Taman Safari- Bogor 
Cuy, ini tulisan gue ke-4 tentang Taman Safari di blog ini dan ini menunjukkan betapa seringnya gue ke sini. LoL.


Okay, alasan gue ke Taman Safari kali ini adalah karena emak dan bapak gue pengen ngelihat panda. Padahal gue dah coba melobi mereka, ngapain coba jauh jauh ke Taman Safari? lihat panda di youtube aja …ato liat gue, udah mirip beut gini ama panda. Buletnya.

Tetapi emak gue pantang menyerah, dan berhubung agak panjang liburan kali ini ya udah gue penuhi aja permintaannya daripada gue dikutuk jadi batu. Batu berdahak apalagi..gak enat beut soalnya (ITU BATUK, GUS!)

Sebenarnya ke Taman Safari gak bosanin amat, apalagi gue juga pengen lihat pawang-pawang macan nan kekar ituh.

Iya, pawang yang ini. Namanya Mas Fajar, tapi sayang gak kesampean..hiks 


Berhubung libur panjang dan antisipasi macet, kami sekeluarga jalan dari jam setengah 7 pagi dengan perkiraan sampai sana jam 9. Soalnya, gue berangkat dari rumah gue yang berada di Cibinong dimana kalau jam normal cuma butuh 45 menit untuk sampai kawasan Puncak, Bogor.

Tetapi kami salah hitung saudara-saudara. Macetnya minta ampun, meski kami udah berada di Puncak dari jam 10, kami baru berhasil masuk Taman Safari jam 11 karena saking antrinya.

Untuk masuk Taman Safari harga tiketnya yang biasa seharga Rp 180.000, sementara kalau mau ditambah Panda jadi Rp 230.000 per orang. Pricey, yes!
Untuk turis asing bisa Rp 300 ribu, gak tahu deh kalo makhluk asing.

Setelah membayar untuk rombongan sebanyak 7 orang, sejam kemudian kami baru tahu Pak Jokowi juga main ke Taman Safari, dan puluhan mobil yang ada di depan serta belakang rombongan beliau jadi digratisin masuk Taman Safari (ASEM!)

Keliling-keliling lihat satwa dari mobil, kami akhirnya sampai dalam Taman Safari sekitar jam 12.30. Supaya tetap strong, kami putuskan makan siang dulu dilanjut solat lalu ke tempat panda, karena untuk lihat panda ini lokasinya berbeda.

Selesai solat, makan, dan lihat gajah-gajah eek akhirnya kami berjalan untuk lihat panda. Serius, informasi untuk melihat panda ini simpang siur abis. Kami sekeluarga parkir di Parkir A yang paling bawah, sementara untuk lihat panda kita harus ke lokasi Parkir D yang paling atas banget (dekat atraksi Cowboy dan lumba-lumba).

Sebenarnya, untuk ke Parkir D kita bisa pakai kereta kecil yang available di A tapi bayar tiket dulu sebesar Rp 25 ribu (pemerasan!). Yah gue pikir ngapain keluar duit lagi kan, mending jalan.

Ini karena gue yang rada budek sih, gue dengernya untuk menuju konservasi panda bisa naik bis di parkir B. Gue udah di halte B, taunya di D, jadilah gue dan keluarga harus menanjak nanjak lagi. Alhasil…..gempor abis nyah!

Seinget gue berkali-kali ke Taman Safari baru kali ini kayaknya capek banget, maklum faktor umur, berat badan, dan beban tiket yang semakin mahal.

Ngos-ngosan hampir selama 30-40 menit akhirnya kami sampai ke Parkir D. Dari sana kami disediakan bus gratis untuk ke tempat konservasi dengan antrian per baris 6 orang. Gue akuin ini rapih banget. Meskipun saat itu Taman Safari rame banget, pengelola tetap memastikan untuk kunjungan ke panda tidak terlalu padat supaya hewan tidak stress.

Meskipun jadinya pengunjung yang stress, udahlah tiket makin mahal, bermacet- macet ria, jauh, ngos-ngosan, antri, huahaha.


Lokasi panda ini emang dibedakan, mereka ditaruh di tempat tertinggi di Taman Safari dengan suhu khusus jadi gak sampai di atas 25 derajat.

Perjalanan dari Parkir D ke lokasi konservasi memakan waktu sekitar 7-10 menit dengan jalan berliku dan menanjak. Entah karena kebetulan gue dapat satu bus yang norak semua isinya atau gimana, tiap ada tanjakan dan tikungan satu bus teriak semua. “Wuooooo” …”Eyyyy”…”Eyaaaa” kayak nonton final badminton.

Sepanjang jalan kita akan lihat banyak pohon bambu dan udara pun mulai berasa dingin. Begitu sampai, seluruh penumpang bus girang dan tepuk tangan. Norak emang, haha.

Sampai sana kita akan disambut oleh sepasang patung panda Hu Chun dan Chai Tao , serta monumen Teh Botol Sosro. Jangan tanya gue kenapa ada teh botol segala.

Pertama menginjakkan kaki di taman panda ini, gue akuin gue takjub banget. Pemandangan di puncaknya serta penataan lokasinya bikin gak berasa kaya ada di Cisarua.

Udah kayak di luar negeri kan penampakannya?


Kami disambut gerbang dengan nuansa khas negeri tirai bambu, istananya pun mengingatkan gue akan lokasi kuil Kungfu Panda. Lucu banget deh. Saat masuk, kita akan disambut sama restoran dengan nuansa khas mandarin, lalu si embak-embak akan dengan ramahnya memberi tahu kita.

“Selamat datang, silakan berkunjung ke restoran kami. Untuk melihat panda bisa langsung ke lantai 3.”

Meski kami iba sama embaknya, karena makanan di sana mahal, kami putuskan langsung ke lantai 3. Di setiap lantainya ada semacam sketsa-sketsa khusus, mulai dari panda bawa truk, panda di rumah sakit, atau skala ukuran panda dengan hewan sejenis; beruang madu, beruang, beruang kutub, gue.

Di lantai 3, kita diajak oleh petugasnya untuk bergantian menonton film tentang Hu Chun dan Chai Tao tentunya tidak dalam bentuk 3gp (meski kedua panda itu tak berbusana). Untuk menontonnya ini kita harus bergantian masuk jadi sambil menunggu jatah nonton kita bisa foto-foto di sketsa-sketsa yang disediakan.

Minggu, 15 Mei 2016

Jalan dan Jajan di Daebak Fan Cafe - Depok

Hah ? Depok ? Gak salah ? Jauh amat sampai maen ke Depok
Itu komen pertama kawan-kawan begitu tahu kalo saya sampe bela-belain ke Depok buat icip restoran (atau café?) ini.

Komen kedua mereka adalah : Ada apaan sih di sana ? Sampe lo jauh-jauh ke sana, pasti ada apa-apanya.

Yup!! Pasti ada apa-apanya..hehe

Sebenernya, saya udah lama banget denger soal restoran ini. Bahkan restoran ini kalo kalian gugling masuk dalam resto yang wajib dikunjungin kalo berada di area Depok. Sebagai anak gahul masa kinih, jelaslah saya masukin ini dalam daftar resto yang kapan-kapan kudu disambangin. Kapan-kapan tapi, soalnya waktu itu belom termotivasi banget

Sampe akhirnya…demam DOTS mewabah (maap yak masih nyangkut ke drama ini lagih :D ) dan restoran ini ikut-ikutan dengan memajang si doi :

Duh Mas, mao ambil hatiku yang jatuh karena memandangmu ya ???


Mulanya, saya tahu ada foto ini dari Ka Puti yang majang di Path…terus saya tanya, terus dia jawab. Kayak maen kuis gitu kitah. Hahahah

Berujung saya akhirnya gugling ada apa aja sih di restoran itu, terus nemu mereka punya menu Daehan Minguk Manse …Ya ampunnnn anak-anakkuuuuuuuuu (ngaku2). Makin gak tahan lah ya gue ke sana. Dan akhirnya memutuskan di long weekend kemaren untuk mampir ke Depok dan icip-icip di Daebak Fan Café.

Berhubung long weekend gak kemana-mana, ya kerjaan saya Cuma bolak-balik tempat makan buat icip-icip. Nah, kali ini saya melibatkan Ayu dan Sutji untuk nemenin. Kebetulan si Sutji rumahnya di Depok, dia bilang abis ngegym bisa mampir ke sana. Tadinya dia keberatan gitu buat nemenin, tapi saya iming-iming kalo saya punya gosip dahsyat…Sutji langsung oke buat ketemuan , haha! -> Gosip bisa mempererat silaturahmi.

Sutci bersedia janjian jam 1 siang di restoran, dan saya baru datang jam setengah 4 sore. HUAHAHAHHAHAHA!! (untung Sutci maha sabar temenan sama sayah). Berhubung datang lebih awal, Sutci pun cari tempat terlebih dulu dan pesen minum sampai kembung.

Jam 3 , Sutji mulai was-was, “Woi, lo di mane ? Gue udah disinisin sama dedek-dedek labil nih. Kesannya gue serakah tempat, duduk sendiri tapi kursi banyak.”

Sementara posisi saya dan Ayu lagi di terminal Depok yang gak tahu gimana ceritanya…angkot kita terjepit di antara bus dan angkot yang mangkal. Bagaimana cara angkot yang kita naikin bisa keluar terminal ? Itu sebuah keajaiban yang hanya terjadi di Depok.

Minggu, 08 Mei 2016

Big Bad Wolf Jakarta Haul & Review

Terus terang ini adalah pameran buku yang paling membingungkan buat gue.

Pertama adalah karena gue pikir pameran ini sudah selesai, hahahaa. Seinget gue poster dan pengumuman soal ajang pameran buku terbesar sejagad nusantara udah nongol sejak beberapa bulan lalu, jadi gue pikir ini udah lewat. Sampai akhirnya ada lagi poster yang edisi baru yang nyebut baru berlangsung di Mei ini. Ok.

Kedua …gue lagi-lagi berpikir pameran ini udah habis, sampai akhirnya ada pengumuman perpanjangan dan waktu pameran 24 jam….wow.

Ketiga , karena judulnya adalah Big Bad Wolf Jakarta tapi berlangsungnya di Tangerang Selatan! Jadi gue bener-bener bingung, haha!! Apakah ini tanda akan ada peleburan wilayahnya Airin ke Jakarta ?

Sebagai penikmat buku, yang belakangan lebih hobi menumpuk ketimbang membaca, jelas gak boleh ketinggalan dan harus datang ke pameran. Meski beda provinsi tetap ku sambangi. Apalagi ada iming-iming diskon lebih dari 60 persen, bahkan sampai 80 persen!!

Postingan dan cerita kawan-kawan soal pameran ini pun bersliweran di sosial media. Rata-rata pada mengeluh soal antrian bayar di kasir yang bisa sampai berjam-jam, well buat gue yang pernah antri tiket konser sampe dua hari dua malam …it means nothing. LOL.

Gue lebih fokus pada buku-buku yang berada di sana, karena disebut ini pameran buku impor. Pengen tahu aja buku seperti apa yang ada di sana, gue khawatir jangan-jangan kaya buku-buku impor diskonan yang suka ada di Fx itu. Rata-rata isinya buku lama dan gak jelas-jelas. U know what I mean dah ya.

Teruslah gw searching di instagram siapa dan dapat buku apa di sana. Lebih banyak buku anak-anak, ada yang dapat Sherlock Holmes edisi special dengan gambar timbul (Ini yang gue mau cari!), lalu beberapa fiksi dan non fiksi pas gue lihat-lihat judul dan pengarangnya biasa aja.

Dari hasil riset di medsos, intinya gue mendapat kesimpulan ke pameran ini seperti berburu, kalau beruntung bisa dapat buku bagus. Oke, jadi tetap lumayan layak disambangi.

Tumpukan Hunger Games di Big Bad Wolf

Suasana Big Bad Wolf Jakarta 2016..itu adeknya ngapain ngengkang begitu ?


Senin, 28 September 2015

Sehari Menjadi Zombie

Sebenernya udah lama banget pengen cosplay jadi zombie, abisnya kalo dilihat-lihat itu cosplay paling gampang dengan kostum yang gak ribet. Zombie kan intinya mayat yang mati suri dengan fungsi otak yang korslet. Jadi, dengan baju apapun kita bisa jadi zombie, gak usah pake sayap-sayapan atau bahkan pake baju ketat warna warni metalik dengan kancut di depan.

Well, kita bisa aja pake batik dengan alasan cerita ; pas lagi kondangan kena serangan virus aneh, terus mati jadi zombie..atau pake kebaya dengan alasan pas lagi muter kartini-kartinian kena virus zombie. Apa aja bisa ; seragamPNS, Polisi, ABRI, Dokter, semua juga bisa…karena zombie adalah karakter yang gak menengal strata. Monster egaliter.

Opsi kedua yang paling gampang adalah jadi raksasa ala Attack On Titan, itu gampang banget tinggal bugil sama pasang tampang bego. Tapi kan ga mungkin, gue masih beriman dan memegang teguh semboyan Tut Wuri Handayani serta janji karang taruna.

Akhirnya memutuskan jadi zombie dan perdana tampil di ComiCon 2015 di JI EXPO yang tanggal 27 September. Dari sepekan sebelumnya udah coba cari bahan-bahan buat dandan, tapi di sini susah banget dapat liquid latex buat bikin efek lukanya. Semalam sebelumnya pun jajal dandan di badan…pake lem fox, hasilnya….gak bisa dibilang sukses tapi sulit juga dikatakan gagal…hohoho. Tapi habis itu kulit luka dan panas , iyalah Boooo pake lem fox di kulit! Demi keamanan bersama, akhirnya diputuskan minta didandanin di sana aja.

masih belum sukses bikin efeknya

 Baiklah…mari kita sedikit berkhayal  dengan gambar-gambar berikut ;

Hati-hati kalo kelayapan di luar, nanti ketemu zombie. Mayat mati suri yang memakan otak manusia untuk bertahan hidup. Eh, apa mati ya..pokoknya makan ajalah.

Alhamdulillah kita punya zombie lokal, jadi ga mesti impor..bisa makin defisit neraca soalnya


Well, gue gak cukup berhati-hati dan gyaaaaaaaaaa!!! Tatsuketesureru!!!

kata zombienya : ini lengan gede bener mbak, kaya paralon aer


Oh, oke, apa boleh buat…..saya jadi zombie….. Bang…Bang satenya 100 tusuk ya (ITU SUZANNA!)




Berhubung udah jadi zombie, gimana kalo kita zomfie dulu …zombie selfie. Eh btw jadi zombie tuh kudu nyari otak ya ? Gak bisa gitu nyari hati aja biar ga kesepian ? Ahsikkk

Pada akhirnya rambut berkilau akan kalah dengan jidad berkilau 


I must walk…I must walk, tau-tau sampe di House Stark….Mennnnn!!! kalo udah zombie gini artinya udah jadi white walker mana bisa ngecengin Jon Snow lageh, ya masa iya beralih ke Jon Ru. Mitamit.




Look!! Ada Captain America…kok kurus banget ya ?? Oh iya, mungkin dunia mau kiamat sampe si Kapten kurang gizi…aku mamam si mbak kaptennya aja…rodo montok.

Rekan zombie : Men…lo mao incer otaknya apa badannya ? kok jadi napsu gitu keliatannya!! 

Yah, maklum Cuy…kan monster egaliter, yang penting roso!





Liat ada mangsa lagi…STAR LORD!!! 
Me : Hey…hey Peter Quill..
Star Lord : Hey jangan dekat-dekat or I’ll shoot you!



Me : Peace Man, mau poto bareng doang kok….still hooked on a feeling with you
Star Lord : Alright….yeah well, hurry up sebelum ketahuan Yondu

jagoan marvel sayah sepanjang masa!!



Wow….this place is full of superheroes, except that one…Venom…let me bite him!
Venom : Hey…no!!!! Help Meeeeee!





Me : Okay, I’m full..balik ke markas aja 
Zombie senior : Cuy, lau udah zombie masih aja gemuk ..kok bisa ?
Me : Bisa lah, kan gue gak cuma makan otak manusia
Zombie Senior : Lah, terus apaan dong ?
Me : Selain otak, gue makanin juga tuh hati, paru, sama tunjang!
Zombie Senior : Lo pikir restoran padang! Awas lo jadi zombie kolesterol, entar mati lagi







And fin, I choose to li...dead happily ever after as a zombie, with these guys…..