Minggu, 02 Desember 2018

Review: Staycation di Novus Giri Puncak, Serasa di Bali!

Novus Giri Puncak, model dadakan; Ira Wardany




Dulu nih, sewaktu gue masih muda-singset-dan banyak gaya, gue selalu heran sama orang-orang Jakarta yang hobi banget ke Puncak, Bogor, saban akhir pekan. 

Laporan radio selalu sebut macet, jalur buka tutup. Bahkan kalau ada outing kantor ke Puncak, ku selalu pura pura ga enak badan. Itu karena, menurut gue di Puncak orang-orang cuma mau dapat cuaca yang beda sama Jakarta, dingin, pemandangan, sama di villa. 

Udah gitu aja. Dan memang cuma di Puncak waktu itu cuma ada; villa, villa, villa, wisma kementerian/pemerentah, villa, villa, kebon teh, villa, wisma, gitu doang.

Apa coba yang menarik? Pikir gue saat itu. 

Tapi nih, seiring bertambahnya usia-berat badan-dan kekayaan (yang tak seberapa), akhirnya gue paham kenapa orang Jakarta pada berbondong bondong ke Puncak pada akhir pekan. 

Memang segala sesuatu yang kita tidak pahami, tidak serta merta bisa dijawab. Kadang butuh waktu lama sampai kita mendapat jawabnya sendiri.
 (TSAH! Gilak filosofis abis Mbak Goes!)

Nah, seiring bertambah-tambahnya hal yang disebut tadi, dalam hidup kaum urban selalu ada yang berkurang, yakni waktu. 

Kadang, kita tertelan dengan segala kesibukan pekerjaan dan ingin melarikan diri dengan liburan (yang panjang), tapi waktu untuk liburnya susah ditemukan. Sehingga cuma bisa liburan singkat barang 2-3 hari. 

Untuk liburan singkat itu, gak mungkin juga ke luar pulau atau luar negeri karena Senin kita kembali bekerja, dan harga serta tekanan darah juga naik!

Kita butuh liburan singkat untuk refreshing aja, dan Bogor-Bandung akhirnya jadi pilihan warga Jakarta. Now I Know. 

Kedua, keinginan untuk melarikan diri dari Jakarta meski sebentar itu gak bisa dihindari, terutama buat yang tiap hari lihat kemacetan, padatnya orang dan gedung-gedung. Ugh!

Kami butuh mencari ketenangan lahir dan batin, untuk seimbangkan yin dan yang. 

Kami ingin Zen seperti tante Sophia Latjuba!


Apalagi sebagai jurnalis di tahun politik ya, udah lah. Nulis bener tetep disalahin kedua kubu, berita kaga ada yang positif, gemes sama pemerentah, kesel juga sama oposisi. Belum kalo baca komen netizen, ya Alloh rasanya ingin jadi jimbot (gimbot) jaman dulu yang bisa ngomong. 

Lalu ku ingin ngomong  “Begok lu, begok lu, begok lu” ke semua orang yang hobi mencet asal-asalan sebelum posting komen. 

Di tengahhhh segala keruwetan dan stress hidup itu, pengennya sih yah ke Bali yang aman-damai-jauh, tapi kesibukan kadang tak mengizinkan. 

Sampe akhirnya, gue coba cari aja itu di Instagram dan aplikasi travel, serta google soal tempat-tempat staycation di Bogor yang direkomendasikan. Sampe gak tahu gimana, ketemulah Novus Giri Hotel ini. 

Begitu lihat gambar-gambar hotelnya, mupeng. Kok kayaknya zen banget ya, asri, dan kaya Bali! Gue paling tergiur pas lihat kamar yang ada private hot pool-nya. Duileeee.. mao..mao…mao (tapi mihil).

Dari lihat-lihat dan mupeng itu, gw tawarin lah ke beberapa kawan dekat yang sama sibuknya. 

Kami sempet bolak-balik liat situs travel juga, ternyata di Bogor atau Puncak itu diam-diam udah banyak hotel yang nawarin ‘kedamaian’ a la Bali. Latar pemandangan yang indah atau infinity pool. 

Tapi hati kami memutuskan, kayaknya Novus Giri menggoda deh apalagi yang pakai private pool itu. Hati kami mauu itu, tapi dompet kami tak mampu. 

Ujungnya kami pilih kamar superior garden aja,  yang cuma lihat kebon. Dan tahu kami pesan hotel ini bulan apa? SEPTEMBER! 

Yes Indeed, we’re too busy sampe sampe liburan ke Puncak aja kudu disiapin dua bulan sebelomnya. 

Kami pesan untuk 3 hari 2 malam, jadi dari Jumat ke Minggu. Dan akhirnya, pekan lalu, tibalah waktu yang kami nantikan. LIBURAN!

Kami sengaja pilih Jumat untuk hindari kemacetan, tapi kami salah. 

Kami belajar macet bukan hal yang bisa dihindari, macet itu adalah pasti seperti kita menghadapi kematian. Yang jadi masalahnya adalah apakah kita punya bekal dan persiapan yang cukup untuk hadapi kemacetan. 
(Filosofis Mbak Goes nomor dua di tulisan ini).

Kamis, 13 September 2018

Book & Movie Review: To All The Boys I've Loved Before


Pic courtesy Jenny Han


Lara Jean Covey adalah gadis romantis, yang tak berani jatuh cinta. Menyukai banyak pria, tapi hanya sebatas mendambakan mereka.

Ia mengungkapkan perasaannya lewat sepucuk surat, yang dimasukkan dalam amplop berwarna-warni dan ditujukan langsung ke alamat lelaki yang ia sukai. 

Setiap suratnya ia tulis sepenuh hati,  mulai dari nama lengkap, kapan mereka pertama bertemu dan hal apa yang membuatnya jatuh hati pada pria tersebut.

Terkadang ia jatuh hati karena pria itu menghabiskan sore hari sambil hujan-hujanan bersamanya. Ia juga bisa jatuh hati karena lelaki itu pandai berdansa dan bergaya. Lara Jean juga bisa tiba-tiba suka dengan pria karena ciuman yang tak disengaja. Sebelum ciuman itu terjadi, Lara Jean bahkan tak peduli dengannya.

Tapi yang paling pasti dan menjadi rahasia terdalam Lara Jean adalah ia menyukai tetangga, yang juga teman sejak kecilnya, sekaligus pacar kakaknya. Ini yang paling rumit.

Lara Jean Covey, gadis blasteran Korea-Amerika, secara keseluruhan dalam 16 tahun hidupnya telah menyukai 5 orang pria dan menulis surat untuk kelima pria tersebut tentang perasaannya.

Hanya saja, surat-surat itu tidak pernah sungguh-sungguh ia kirim ke mereka. Melainkan ia simpan rapat-rapat di sebuah kotak topi, peninggalan dari mendiang ibunya, dan tak pernah ia buka lagi. Seperti ia menutup rapat perasaannya dan menjadikan pria-pria itu bukti masa lalu akan kebodohannya.

Hingga pada suatu hari, kelima suratnya menghilang dan terkirim kepada pria-pria tersebut. Di sini, petualangan cinta Lara Jean dimulai.

Minggu, 22 Juli 2018

Review: Meteor Garden 2018, antara Nostalgia dan Aktor Muda

Setelah sekian lama dunia tampak kurang sanggup memasok drama yang bisa bikin hati naik turun, akhirnya hadirkan drama lawas dengan pemain-pemain baru menjadi pilihan.

The New F4 


Kali ini, untuk kesekian kalinya, adalah remake drama yang diangkat dari komik Jepang ‘Hana Yori Dango’ atau ‘Boys Over Flower’ atauuu…..pertama-tama dikenal di para hati wanita senusantara adalah ‘Meteor Garden’.

Meteor Garden adalah drama yang pertama kali mengadopsi ‘Hana Yori Dango’ dari komik ke layar kaca, diproduksi oleh Taiwan. Negara yang kalo gak ada Meteor Garden, gue bahkan gak tahu kalau itu ada. Jelek emang geografi gue.

Meteor Garden bukanlah drama Asia pertama yang gue suka, karena sebelumnya udah ada itu Endless Love (Korea), Rindu-Rindu Aizawa (Jepang), Putri Huan Zhu (China), dan Maria Mercedes..


 (ITU MEXICO!! Bukan ASIA!)…

Biasa aja dong...iya tahu salah, Thalia dari Mexico

Baiklah, intinya dari Meteor Garden ini terbuka lah mata hamba bahwa drama Taiwan juga layak tonton. Dan memang abis itu kan banjirlah impor drama Taiwan ke tivi tivi lokal, mulai dari MVP Lovers (5566!), Dolphin Bay (Sio Kang!!), Mars, Twins, dan lainnya. Ini kalo pada inget berarti kita seumuran…

Balik ke Meteor Garden, anjirr lah ini drama! Tayang jam 9 apa 10 malam di Indosiar itu, kelar jam 11. Ini jam segini kalo gue udah jadi wanita kurir kaya sekarang sih gak apa-apa, tapi waktu itu gue masih duduk di bangku sekolah SMA.

Pagi-pagi, habis nonton besoknya heboh cerita di kelas. Tao Ming Tse itu bikin tulang di tubuh menghilang, lemas akutu tiap liat aksi beliau!



Nah, dulu situs-situs donlod ama streaming kan belom lazim. Jadi kalo mo nonton drama duluan, kita rental DVD. Waktu itu gue sekolah di kawasan Bendungan Hilir, sama beberapa teman kami sewa DVD ampe ke kawasan Binus, Rawa Belong. Binus waktu itu memang dikenal sorga rentalan dvd, komik, games, dan hal hal bajakan.

Kami waktu itu patungan ganti-gantian, biar pas sewa abis bisa perpanjang. Di kelas udah gak fokus belajar, bahas nanti sore balik sekolah nonton di rumah siapa?? 

Janjinya sih dua episode tiap hari, tapi begitu liat A Tse cipok Sanchai…episode yang sama diulang dua kali, terus tambah episode baru.

Tau-tau malam datang. Besok gitu lagi. Abege abege napsuan emang (ampe jadi tante juga masih napsuan).

Ini kayaknya hampir dua minggu kami begini, gak fokus di sekolah. Izin ke orang tua pulang telat, kadang jujur bilang mao nonton. 

Tapi, gue izin mau nonton terus selama 4 hari, hari ke 5 Bapak gue nanya.
“Tiap hari nonton terus, situ pelajar apa pegawai lembaga sensor?”

Jleb!

Akhirnya besok-besok diselingi kebohongan kecil, bilang belajar kelompok. Untung bapak emak gak pernah nanya rinci.

Kalo ampe Bapak gue nanya belajar apaan? Gue bisa aja jawab. “Belajar mencintai dengan tulus seperti cinta A Tse kepada Sanchai.”

Apa lu kata?


Gak apa-apa sih, paling gue cuma dicoret dari daftar ahli waris.

Ini saking gilanya kami ama Meteor Garden, itu kan kalo hujan deras sekolah kami suka kebanjiran. Kami ampe berdoa semoga banjir beneran, biar bisa pulang cepet terus nonton Meteor Garden di rumah seorang kawan.

(Kalo ampe Guru SMA gue ada yang baca ini blog, semoga maaf kami diterima Ya Alloh).

Jadi, sekolah kami itu letaknya di antara Bendhil dan Karet. Kalo hujan deras, sebenarnya kalo masuk dari arah Karet masih aman. Tapi kalo masuk dari arah Bendhil karena ada kali di situ, udah banjir abis.

Tiap ujan deres banget, udah sengaja banget gue dan kawan-kawan lewat Bendhil. Gak ada niat suci untuk menimba ilmu. Pelajar jaman old prinsipnya ilmu bisa dicari, Tao Ming Tse gak bisa ditahannn. (dasar abege napsuan!)

Intinya begitulah dahsyatnya efek Meteor Garden. Lalu habis itu hadirlah remake-remake negara lain, yang tiap bikin remake juga bikin hormon meroket 100%.

Lalu, belasan tahun kemudian, di kala kami-kami sudah mulai siap menerima kenyataan bahwa lelaki seperti Tao Ming Tse itu fiktif belaka. Negara Taiwan, dengan sadisnya, membuat remake Meteor Garden yang ditaburi daun-daun muda belia.

Ambruklah pertahanan kami. Abege nafsuan kini berevolusi jadi tante penuh hasrat.



Ini Dia Posternya





SALAH..MAAP, INI MAH METEOR GARDEN 2018 DENGAN KEARIPAN LOKAL!

Ini yang Bener, F4 2018 




Tao Ming Tse, Hua Ze Lai, Xi Men, Mei Chuo hadir kembali dengan gaya kekinian. 

Tao Ming Tse/ Dao Ming Si Diperankan oleh Dylan Wang

Dylan Wang as Dao Ming Si 


Darren Chen memerankan Hua Ze Lai 

Darren Chen as Hua Ze Lei 



Connor Leong as Mei Zuo 
(Mohon maaf ini gak ada fotonya, nda penting penting amat buat akuh :D )


Wu Xi Ze sebagai Xi Men 

HARRY POTTER, IS THAT YOU??



Dan Shin Yue sebagai Shancai 

Shan Cai imut abis, sesuai karakter komik

Pas dilihat-lihat, dedek-dedek gemes ini ternyata kelahiran 1998. ALLOHU AKBAR AKU TUH BERASA FOSIL PAS TAU UMUR MEREKA!!!!!

Aku Menua!
Uanjirr rata-rata masih 19 tahun. Ini kalo di sini paling masih mahasiswa baru, yang kalo ketemu di commuter terus pada turun di Depok. Yang kalau gue ketemu dan lihat mereka, komentar gue sebagai manusia yang udah rasain asam garam hidup cuma. “Duh, Dek, kamu belum tahu-tahu apa soal dunia.”

Terus..ini begitu gue liat Dylan Wang cs…komentar gue malah jadi. “DUH ADA YANG TAHU DUKUN BUAT PASANG SUSUK TERDEKAT GAK SIH????!”

Iman siapa yang tahan melihat senyuman dek Dylan Wang??


Ato malah gak usah komentar, browsing internet cari kursus senam kegel biar tetep kenceng. (Apaan dah).

Duh, untung iman gue masih kuat jadi tiap lihat dedek Dylan Wang masih sebatas senyum-senyum aja kaya orang gilak. Belom sempet pasang susuk segala.

Lagian entar kalo pasang susuk, terus ada pengumuman dari BPOM, bahwa Susuk Dukun Terdekat bukanlah kategori susu dan tidak ada nilai gizinya.

Minggu, 20 Mei 2018

Hal-Hal yang Membatalkan Puasa


Marhaban Ya Ramadhan

Di bulan suci ini, izinkan gue untuk sesekali memposting tulisan yang tidak berguna alias nirfaedah.

(Lah, emang setiap postingan loe nirfaedah, Gus!). Tapi sebelum melanjut ke tulisan, ada baiknya gue menjawab tanya kawan-kawan yang penasaran selama ini. Yakni, pertanyaan tentang:

Kenapa gue hobi memposting tulisan nirfaedah di blog ini?

Jawabnya mudah, karena buat gue lebih baek posting nirfaedah dibanding menyebarkan paham yang berbahaya bagi nusa dan bangsa. #TSAHHHHHH!



Baiklah, mari kita lanjutkan.

Di bulan puasa ini, tentunya kita semua ingin berlomba-lomba dalam kebaikan dan meraup pahala sebanyak-banyaknya. Menjaga amal ibadah kita agar tak ternoda hingga hari raya.

Mengapa kita harus menjaga amal ibadah hingga hari raya? Sungguh, Tuhan Mahatahu akan kondisi umatnya, karena menjaga amal ibadah jauh lebih mudah ketimbang menjaga THR kita hingga hari raya. #abaikan.

Itulah yang saya syukuri, untung Tuhan minta jaga amal ibadah. Kalo sampe Tuhan minta juga kita jaga THR dan berat badan kita sampai hari raya, amsyong udah loe semua sebagai umat-Nya.

Nah, agar puasa kita terjaga selama Ramadan ini. Ada baiknya (tidak) usah dibaca tulisan di bawah ini mengenai hal-hal yang bisa membatalkan puasa kita.

1. Niat

Tahap pertama dalam berpuasa adalah niat. Jika Anda seharian telah menahan lapar dan haus, namun hingga adzan magrib berkumandang baru teringat bahwa Anda belum niat untuk puasa, ada yang bilang bahwa puasanya tidak sah.

Siapalah kita ini menentukan apakah puasa sah atau tidak, karena ini ibadah yang langsung berurusan dengan Tuhan.

Tapi, sebelum Anda menjalani puasa, memang harus dipastikan bahwa anda tak lupa berniat dan juga tak salah niat. Niatkan puasa Anda untuk Lillahi Taala. Jangan sampai Anda niat berpuasa tapi hanya untuk kepentingan dunia.

Misal, “Ya Alloh saya niat puasa karena disuruh emak/bapak/istri saya.”

Atau jangan sampai salah baca niat, mau puasa tapi yang dibaca adalah niat untuk melamar anak orang. Tahan, Sob!


2. Tidur

Saking berkahnya bulan ini, ada yang bilang kalau.. 




Tapi bobo yang seperti apa? Tentu tidak semua bobo masuk kategori ibadah, bahkan ada jenis bobo yang bisa membatalkan puasa Anda.

Yakni, bobo dengan suami orang.

Waspadalah, tidur dengan suami atau istri sendiri di siang bolong saat puasa saja sudah bahaya, apalagi tidur dengan suami atau istri orang lain.